Aku duduk di barisan meja paling belakang yang paling dekat dengan tumpukan hadiah. Mengaduk-ngaduk es krimku dengan wajah bosan. Perutku kembali sakit. Menambah badmood-ku hari ini.
Pestanya sebenarnya sangat meriah untuk ukuran seorang anak kecil. Kue ulang tahunnya pun sangat besar. Bahkan ayahnya Dion juga mendatangkan badut-badut. Aku menatap ke arah anak-anak kecil yang bersorak-sorak, kemudian aku menoleh kepada Arion yang hanya duduk di depan meja, dengan wajah yang tak kalah bosan denganku.
“Arion... pergi sana main sama sepupu kamu,” bujukku, seraya melirik para pria yang berjejer di dekatku yang sedang mencuri-curi padang.
Arion menggeleng.
“Kenapa?” tanyaku sambil memasang kaca mata hitam, ketika menyadari salah seorang dari mereka seperti mengedipkan mata belekan-nya padaku.
Arion menggeleng lagi. Dan rasanya tanganku gatal ingin menempeleng.
Seorang MC mengumumkan bahwa acara selanjutnya adalah permainan untuk anak-anak. Memecahkan balon berisi air yang di dalamnya juga terdapat kartu yang bertuliskan hadiah. Tebak hadiah terbesarnya apa? Sebuah mobil ‘sobat misqueen-ku’.
Tante Arion yang bernama Mila, seorang wanita berumur sekitar tiga puluh tahunan, menghampiri kami. Berusaha keras membujuk bocah itu agar mau ikut bermain. Akhirnya Arion luluh walaupun dia mengikuti Tantenya dengan wajah bimbang. Aku mengawasi dia yang tampak kebingungan dengan pemukul bisbol yang dipegangnya. Sesekali menatapku dengan wajah kalut.
“Semangat Arion!!!” sorakku padanya dari tepi arena bermain.
Arion sedikit tersenyum mendengarnya, jelas malu. Dia membelakangiku, menatap balon-balon air yang digantung di rangka baja tempat markisa merambat. Terdapat beberapa buah meja yang di taruh di bawahnya, agar membantu mereka lebih dekat dengan balonnya. Anak-anak lain pun mulai mengambil tempat masing-masing yang mereka inginkan di depan garis start. Bahkan beberapa anak berteriak-teriak mengatakan bahwa beberapa balon adalah miliknya dan tidak ada yang boleh menyentuhnya. Menimbulkan keributan yang membuat kepala pening, karena jumlah mereka yang ternyata banyak sekali.
“Mulai!” seru MC.
Semua anak berlari ke arah arena lomba. Aku menyemangati Arion, namun aku sendiri kesulitan menemukan bocah dengan topi hitam bergambar spiderman tersebut.
Akhirnya aku menemukannya sedang berjinjit di atas sebuah meja yang paling dekat dengan meja kue ulang tahun. Tiba-tiba saja, instingku, membuat diriku berlari menyeberangi arena lomba. Aku melihat Arion yang tersudut ke tepi meja, oleh segerombolan anak laki-laki yang ikut naik bersama dirinya.
Untuk sepersekian detik, aku melihat tubuh anak itu telah miring ke belakang. Aku mengulurkan tangan untuk dapat menangkap tubuhnya, walaupun diriku sendiri belum sampai ke sana. Sedikit lagi... Hop!! Arion berada dalam pelukanku. Aku menatap wajahnya yang menegang. Tapi... aku tidak bisa menghentikan langkah panjangku! Kakiku sulit direm dalam kecepatan dan posisi seperti itu. Aku melihat semuanya terasa melambat. Sebuah kue ulang tahun kelewat besarlah yang akan menghadangku. Mendekat dengan pasti, atau seharusnya... aku yang datang kepadanya dengan pasti.
Bugg!!
Kami berdua menghantam kue yang teronggok di atas meja berkaki kurus tersebut. Kepalaku menyeruduk ke dalam kuenya.