Bagi sebagian orang akan mengartikan “bintang” adalah sesuatu berkilauan, megah, mewah, terkenal, namun bagi seorang Aya bintang memiliki arti masa lalu, sesaui dengan teori fisika jika bintang yang kita lihat saat ini adalah bintang yang pernah menyala beberapa juta bahkan miliar tahun lalu, cahaya yang baru sampai kebumi setelah bintang itu redup.
Saat ini dia tengah duduk di pinggir sungai dengan bintangnya, Kala. Dia adalah orang yang diminta Pak Banyu untuk membatu firma hukum Aya menangani kasus Angela.
“Jadi udah berapa lama di Astina?” tanya Aya mencoba membuka pembicaraan.
“Dua bulan. Sorry ya gak ngabarin” katanya.
“Gak usah say sorry, gak butuh juga. Dapet ilmu apa di Amerika?”.
“Banyak. Semoga bisa bantu kamu menangin kasus ini”.
“Gue gak butuh menang, gue cuma mau ngungkap siapa yang salah”.
“Masih idealis aja”.
“Seengaknya masih punya perinsip hidup, gak jadi robot yang bisa diatur sana sini”.
Mereka saling tatap lama, disaksikan bintang-bintang dilangit malam, diiringi hembusan angin malam yang dingin. Aya menemperhatikan wajah Kala dari samping.
Flashback
Suatu sore di sebuah danau buatan dipinggiran lapangan golf, pemandangan alam yang jarang ditemui di perkotaan. Dua orang berseragam SMA Bonita tengah duduk dirumput untuk menghabiskan sore mereka, Aya memainkan gitar dengan sangat apik, sementara Kala masih sibuk dengan pensil dan kertas gambarnya. Sesekali Kala melirik tersenyum kearah Aya, sementara tanganya terus mengatsir pada kertas gambar.
“Selesai” ucap Kala menghentikan petikan gitar Aya.
“Bagus? Mirip gak?” tanya Kala kepada Aya. Dia mengambil buku gambar di tangan Kala lalu menatap kagum.
“Kakak bagus banget gambarnya, aku boleh minta gak?” tanya Aya.
“Boleh lah itu buat kamu. Sini aku sobekin” Aya menyerahkan buku gambar itu lagi.
“Makasih kak” Aya menerima kertas gambar itu, lalu dia membalik kertasnya dan menemukan catatan yang ditinggalkan di balik kertas.
“Kak? Maksudnya?” tanya Aya heran.