POCONG BAPAK

DaraTresnaAnjas
Chapter #11

DEKETIN ANYA

“Anya! Kerja sing genah! Jangan lelet!” Suara Bapak Anya terdengar cukup keras di telinga.

Anya segera menegakkan tubuhnya. “Iya, Pak. Maaf…”

Bisma membatalkan niatnya. Ia kembali duduk dengan tenang. Tangannya menyentuh sendok yang sudah bersih, hanya untuk memberikan alasan agar tampak sibuk.

Anya kembali ke gerobak, dengan cekatan menata ulang pentol. Wajahnya memerah, bukan karena marah, melainkan karena rasa malu.

Saat ia melangkah menuju pembeli berikutnya, matanya sempat bertemu pandang dengan Bisma. Sekilas. Sekejap..

Namun, dia segera memalingkan wajahnya.

“Pesan apa, Bu?” tanyanya pada pelanggan.

“Komplit dua, sambel satu pedes banget, ya, Mbak,” kata ibu-ibu berbadan besar yang datang bersama putri remajanya.

“Iya, Bu. Tunggu sebentar, ya.”

Anya tak lagi melirik ke arah Bisma.

Dari kejauhan, Bisma hanya bisa menghela napas. Ia menatap jam tangan, kemudian berpura-pura memeriksa ponsel. Namun, ia tetap tak bergerak dari tempatnya.

Tak lama kemudian, Anya mendekat dengan perlahan, membawa gelas plastik transparan.

“Ini es tehnya, mas. Tambahan. Biar adem.”

“Oh…” Bisma menerima. “Terima kasih.”

“Maaf ya soal tadi… Bapak emang gitu,” katanya pelan, tanpa menatap langsung.

“Gitu gimana?”

“Suka ngomel. Padahal aku cuma bantu. Tapi ya udahlah.”

Bisma tersenyum. “Tenang aja. Aku anak petani. Dulu tiap sore juga kena omel kalo panen bawang molor. Jadi ngerti kok.”

Anya akhirnya menoleh dengan senyum yang malu-malu, “nggak nyangka anak Pak Wijaya bisa duduk-duduk santai makan bakso rakyat begini.”

“Lah, kenapa emangnya?”

“Ya... biasanya anak perantauan balik kampung, belinya ke kafe baru. Nggak ke gerobak kaya gini.”


Lihat selengkapnya