Pohon dan Matahari

Nuka Asrama
Chapter #8

Juana: Kenangan

Bali, 31 Desember 2012.

Malam yang seharusnya sunyi berubah meriah. Suara musik dan teriakan orang-orang yang tengah berpesta. Perayaan pergantian tahun. Lagi. Kunikmati saja hiruk pikuk ini. Tak seperti biasanya. Aku berbaur di tengah keramaian. Suara musik yang harusnya memekakkan telinga terdengar seperti dengungan kepakan sayap lalat.

Di hadapanku kegelapan menutupi permukaan laut. Sesekali ombak mencium ringan bibir pantai. Aku menjauh dari keramaian. Melangkah perlahan mendekati ombak. Membiarkan ombak menyapu telapak kakiku. Dingin. Angin pun begitu. Tempat ini mungkin berbeda. Namun menyajikan kenangan yang sama.

Laut menjadi tujuan akhir dari sungai. Namun laut bukanlah tujuan akhir dari air yang ada di sungai. Air tak punya siklus yang terbatas seperti sungai. Air mengikuti siklus yang lebih besar, lebih agung. Air bisa menjadi sungai, danau, laut, dan hujan.

“Mereka sudah mendapatkan tanggal yang pasti,” kata Rex yang datang menghampiriku.

Aku menoleh. Wajahnya tak bisa kulihat. Wajah itu bersembunyi di balik bayangan.

“31 Desember 2015.”

“Tepat tiga tahun lagi.”

Rex mengangguk pelan, lalu mengangkat wajahnya. “Kehancuran yang luar biasa ada di depan mata.”

“Tidak ada yang selamat?”

“Tidak ada yang tahu.”

“Kehidupan selalu menemukan jalannya. Kehidupan akan bertahan. Kehidupan sangat ahli dalam melarikan diri. Dunia sudah mengalami banyak bencana. Dunia sudah lima kali selamat dari kepunahan massal. Seharusnya kita tak perlu khawatir. Kita bisa memulainya dari nol.”

“Beruang air pasti selamat. Kita bisa memulai dari sana.” Rex kemudian duduk di atas pasir. “Kepalaku pusing memikirkan akhir dari dunia.”

Lihat selengkapnya