Denpasar, Agustus 2011.
“Halo.” Terdengar suara dari ujung telepon.
“Halo, Rex. Ini aku, Jun.”
“Hei, Jun. Tumben. Ada apa?”
“Aku ingin menanyakan sesuatu.”
“Apa itu?”
“Kau mengenal Jua dari kecil, bukan?”
“Iya. Kenapa?”
“Apakah ia pernah menceritakan tentang orang tuanya kepadamu?”
“Kenapa kau tiba-tiba bertanya hal itu?”
“Aku hanya ingin tahu.”
Hening sesaat. Bisa kudengar embusan napas Rex. “Aku dan Jua tak pernah tahu siapa orang tua kami. Dari kecil kami dibesarkan di sebuah asrama. Tidak ada jejak yang bisa kami telusuri untuk mengetahui siapa orang tua kandung kami. Jua pernah mengatakan ingin mencari kedua orang tuanya. Sepertinya berakhir sia-sia. Dia sudah menyerah. Untuk saat ini iya. Mungkin sampai waktunya ia menemukan sebuah petunjuk. Aku yakin ia akan mengikuti petunjuk itu. Meski kemungkinannya kecil, namun siapa yang tahu.”
“Begitu ya.”
“Hei, Jun. Apakah ada yang ingin kau sampaikan kepadaku?”
“Ah, tidak. Tidak ada.”
“Apakah kau yakin?”
Rex seakan bisa membaca pikiranku. “Iya. Aku yakin.”
“Baiklah.”
“Terima kasih, Rex.”
“Kau bisa meminta bantuanku kapan saja.”
Sambungan telepon terputus. Aku duduk sebentar, lalu bangki dan melangkah menuju cermin. Kutatap wajahku di cermin. Aku seperti tak mengenal diriku sendiri. Kucoba untuk tersenyum. Namun tak bisa. Senyumku tak lagi memancarkan cahaya. Ada mendung di atas kepalaku. Ada kabut di depan mataku. Sakit kepalaku semakin sering datang. Rasa mual mulai hadir tiap hari.
Setiap keluar dari kamar, aku selalu berusaha untuk terlihat bahagia. Aku berusaha tersenyum. Namun senyum tak mampu menyembunyikan rasa lelah dari sinar wajahku.
“Mau ke mana, Jun?” tanya Pak Wayan yang sedang memotong dahan-dahan pohon yang menjulur tak rapi.
“Mau keluar sebentar, Pak.”
“Hati-hati di jalan.”
“Iya, Pak.”
Kubuka pintu gerbang, lalu naik ke motorku, namun tiba-tiba semua tampak berputar-putar. Aku terhuyung. Motorku jatuh. Pak Wayan memanggil-manggil namaku. Awalnya terdengar begitu keras, namun tiba-tiba terdengar sayup-sayup. Ia seperti berbicara di dalam air. Lalu semuanya menjadi gelap.
***