Pohon Keramat

Bulan Separuh
Chapter #3

Memeluk Pohon

Saat Nita memeluk dengan penuh emosional, sekelebat bayangan muncul di dalam pikirannya.  Ia tengah memejamkan mata, tapi apa yang dilihatnya seperti rekaman film usang ini menyelusup seketika.

Dalam bayangan itu ia melihat seorang wanita berambut panjang dan bergaun putih sedang duduk bersandar pada pohon ini.  Wanita ini menenggelamkan wajahnya di atas kedua lututnya yang ia tekuk.  Ia terisak-isak sambil memeluk lututnya itu.

“Apa yang harus kulakukan?  Aku tidak menginginkannya!”  Di antara isak tangisnya kata-kata itu terucap.

Wajah itu pun tegak, tidak lagi bersembunyi di atas lututnya.  Tatapannya kosong ke arah depan selama beberapa saat.  Ia terpaku memandang sebongkah batu sebesar tiga kali kepalan tangan orang dewasa.

Ia kemudian bangkit dan mengambil batu itu.  Dalam keadaan berdiri tegak, wanita itu memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam.

BUG BUG BUG

Sambil menggigit bibirnya sendiri ia baru saja menghantam-hantamkan batu itu ke perutnya.  Lalu, ia pun melompat-lompat dan kembali berdiri untuk memukul-mukul perutnya kembali.  Hal itu ia lakukan secara berulang-ulang dengan suara tangis dan rintih yang semakin keras.

Ini terjadi pada malam hari dan saat itu kondisi di sekitarnya begitu sepi dan hening.  Hanya ada derik jangkrik yang mengisi keheningan itu selain suara rintihannya.

Darah perlahan mengalir dari selangkangannya.  Di bawah cahaya remang-remang gaun putih itu baru saja diwarnai oleh noda darah di bagian wanita itu.  Masih basah mata dan pipinya, tapi ia kini tersenyum lalu perlahan tertawa kecil dan semakin lama suara tawanya semakin keras.

“Dia telah lenyap!  Aku telah melenyapkannya dari tubuhku! Hahaha…”

Tawanya begitu lepas, tapi tak beberapa lama tawanya kita semakin berganti menjadi tangis kembali.  Ia pun jatuh lemas terduduk kembali.

Nita tiba-tiba bisa melihat masa lalu wanita asing itu.  Wanita asing itu terlihat melakukan hubungan badan dengan seorang lelaki di sebuah alam terbuka yang dikelilingi rumpun perdu rimbun.  Nita mengingat tempat itu, sebuah kebun kakao yang sepi.

Wanita dan lelaki asing itu melakukannya lagi dan lagi di hari yang berbeda.  Keringat satu sama lainnya menetes jatuh mengenai permukaan akar pohon yang menyembul.  Tak hanya itu, cairan putih milik pria itu pun sering ia buang di sana.

Lihat selengkapnya