Saat tiba di depan rumah, Nenek Tari sudah berdiri di depan pintu. Ia menatap mobil yang baru sampai itu dengan tatapan kesal. Nita dan Briptu Ariawan pun keluar dari mobil, mereka mengucapkan salam dan menjabat tangan Nek Tari.
“Tahu apa yang orang-orang katakan tentang cucu Nenek? Mereka bilang hal yang aneh-aneh tentang kamu! Untuk apa kamu ada di sana tadi?” Wanita tua itu nyerocos tanpa jeda.
“Maafkan Nita, Nek,” ucap Nita menyesal.
“Siapa ini?” tanya Nek Tari.
“Perkenalkan, Nek, saya petugas yang mendapati cucu Nenek di TKP tadi. Saya kira saya perlu mengantarnya pulang karena cucu Nenek tampak tidak sehat tadi,” ucap Briptu Ariawan.
“Iya, iya. Terima kasih ya.” Nek Tari pun langsung memegang punggung Nita dan mengajaknya berbalik menuju ke dalam rumah.
“Nek, terkait dengan cucu Nenek ini, bisakah kita bicara sebentar?” Briptu Ariawan menahan langkah Nek Tari.
“Soal Nita?” tanya Nek Tari heran dan ia pun memandang wajah cucunya itu.
Nita pun mengangguk, mengisyaratkan bahwa sebaiknya Nek Tari menerima permintaan polisi itu.
“Baiklah, mari masuk.”
Di ruang tamu, Briptu Ariawan pun meminta izin agar keterangan Nita bisa ia gunakan untuk membuat laporan tentang kematian perempuan yang diduga gantung diri itu. Nek Tari pun langsung menolaknya.
“Tidak bisa! Saya tidak ingin cucu saya terlibat, apalagi harus masuk ke kantor polisi. Saya tidak mengizinkannya!”
Dengan terpaksa polisi itu harus pergi dengan tangan hampa. Padahal ia sudah menawarkan perlindungan bagi Nita, tapi Nek Tari tetap tidak mengizinkan cucunya itu untuk memberikan keterangan sebagai saksi di kantor polisi.