春, haru.
Musim semi, tahun kedua.
hitodama
yuku kisan ja
natsu no hara
–Hokusai
Jiwa manusia
Berkelana menghitung
Di pusat musim panas
Sebuah kartu sederhana yang manis dengan guratan puisi tidak dimengerti. Gadis itu menyimpannya hati-hati. Dia masih harus banyak berbenah sehingga belum sempat memperhatikan surat-menyurat yang masuk ke toko. Lengah sedikit saja, pamannya yang lebih kaku dari pohon matsu dan lebih lurus dari take akan menegurnya tanpa ampun.
Fukuoka berseri setiap Maret.
Dunia yang merekah bersama sakura somei yoshino berwarna merah muda pucat yang merajai rimbun pucuk pepohonan. Ditingkahi biru lazuardi langit sebagai latar belakang dan cabang-cabang menjulang tanpa daun yang merunduk bersama mahkota bunga-bungaan berwarna cemerlang.
Dia selalu ingat setiap kali aroma khas ini tiba.
Keindahan yang dingin, senyum-senyum yang terpahat kaku di wajah tiap orang. Dia merindukan wajah-wajah yang dicintainya, sedangkan hatinya dipenuhi tumpukan rasa bagai warna-warni sakura. Gembira dengan petualangan baru yang menjanjikan terhampar di hadapan mata, sekaligus cemas akan benturan budaya. Tentu saja, juga kesal dengan kerumitan-kerumitan kecil yang harus dipelajarinya sebagai pendatang.
Di toko, Sofia mengerjakan kewajibannya: mengatur barang, melap rak, atau merapikan pesanan yang baru tiba. Dia akan selalu ingat, kapan pertama kali tiba di Fukuoka, Kyushu. Sebelum melakukan pekerjaan-pekerjaan utama di akhir pekan, seluruh indra seperti kompak menyusun kembali patahan-patahan memori.
Mengapa dia datang kemari.
Mengapa dia memutuskan kemari.
Mengapa dia berani menghadapi semuanya sendiri.
Semua folder ingatannya mencuat seketika, lalu diredam dengan kesadaran ada saatnya masa lalu lebih baik disimpan, seperti halnya rahasia. Terkunci bagai file yang diberi password rumit. Password dengan kategori very very strong hingga dia sendiri melupakannya! Ketika kelopak mata terbuka untuk kembali pada realita dan menguburkan semua yang telah berlalu, dunia masih tetaplah sama.
Tangkai-tangkai tertancap di ranting-ranting yang menempel pada tiap cabangnya. Dahan ramping menjulur, memayung, atau membentuk kubah-kubah bagaikan tempat berteduh: bersilangan, merapat, merangkai membentuk anyaman. Batang-batang kelabu kecokelatan yang basah, hidup, serta berembun dengan dedaunan yang belum bersemi, bahkan tidak bertunas. Namun, kambium-kambium itu tidak menepi sendiri.
Di setiap tangkainya, zakura berkelompok, mengerling genit. Mahkota bunganya setipis tisu, secerah mutiara, berhias putik-putik sari kuning serta pangkal mahkota warna merah jambu menggoda. Bergoyang bersama belaian angin musim awal semi.
Momiji belumlah merekah.
Tetapi cerita dunia kali ini, sakura!
Musim empat warna. Dunia baru. Sepi yang asing. Hening yang penuh riuh rendah suara di kepala.
Ini aku, desah Sofia.
Inilah musim terbaik di Fukuoka, setiap Maret tiba. Bunga- bunga cherry berwarna pastel yang rimbun di pepohonan membentuk mahkota bertumpuk-tumpuk. Orang-orang akan berduyun mencari tempat terbaik di bawah pohon cherry–sakura–sembari menggelar tikar lipat dan menikmati makanan minuman yang dibawa dari rumah. Taman-taman dipenuhi orang-orang, para kekasih berucap janji.
[partImg:[0]]
Pagi hari di akhir pekan, waktu yang tepat untuk menikmati suasana tadi. Sofia tidak bisa memiliki waktu lebih luang, bila Paman memintanya bekerja. Dia hampir saja meledak bagai balon kelebihan nitrogen, terimpit pipih setipis sashimi. Kalau saja bukan di negeri orang, dia tidak akan sepatuh ini pada pamannya. Kalau saja tidak ada hiburan di toko, pasti dia membeku layu setua ibu tiri Rapunzel.