Dalam kegelapan seseorang pasti akan teriak, takut dan bimbang, jika terdiam sejenak dalam gelap maka gelap yang ditakuti akan melahirkan sosok pemberani, tangguh, mandiri, bijak, dewasa { rasa -rasa tinggi yang terlahir dari GELAP }, jangan pernah salahkan gelap, karena TUHAN menciptakan sesuatu dengan tujuan yang baik, meskipun itu GELAP.*
***
“Hari terakhir ku bersama ayah.”
Hari ini sungguh aku sangat tersanjung dengan sikap ayah, aku merasa aku adalah anak yang beruntung. Tiba tiba aku terbayang ayah, senyum ayah tak henti memenuhi ruang fikirku.
”Aku sangat mencintai ayah.“ ungkapku dalam hati, cinta ini sangat penuh memenuhi hatiku, aku tak berhenti menghayal ayah dari pagi, istirahat sekolah sampai jam siang, bahkan di detik detik pulang sekolah aku masih terbayang bayang wajah ayah, “bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan cowok-cowok pada umumnya, jika perasaan cintaku pada laki-laki penuh dengan cinta ayah.” ujar ku dalam hati, mencoba memaknai rasa cinta yang saat ini sedang berusaha aku fahami.
Namun keanehan mulai aku rasakan, ketika ada salah satu guru masuk kekelas ku berbisik pada guru yang sedang mengajar dikelas, wajah mereka termenung, seperti mendung yang akan hujan, kedua guru itu menatapku dengan pandangan yang rumit.
Salah satu guru yaitu ibu anik yang dari tadi bersemangat mengajari kami semua dengan suara yang melengking meski di jam terakhir sekolah mendekatiku dan berucap dengan suara lirih sambil mengelus pundakku, “cindy...kamu boleh pulang dulu, sudah dijemput pamanmu!“ perintah bu anik dengan tatapan sendu.
Aku bergegas mengemasi barang kedalam tas dan ingin segera menemui paman jo { pamanku, adik ayahku}.
Setelah aku berpamitan kepada bu anik, aku pun berlari mencari keberadaan paman yang sudah menungguku didepan ruang tamu sekolah, dari kejauhan terlihat paman tidak dalam keadaan baik, beliau berdiri, namun menunduk, seketika aku berteriak setelah melihat sosok paman jo, aku memanggil sambil berlari “paman jooooooooo...!” teriak ku.
Paman sempat menoleh kearahku, namun menunduk lagi. Akhirnya aku sampai tepat dihadapan paman jo, aku terdiam melihat paman jo menangis, matanya nampak merah. “ Paman! “ kataku memanggil paman jo yang sedang terdiam, menangis dan seolah enggan menatapku.
Aku berusaha menenangkannya, namun paman semakin menangis mendengar suaraku dan sama sekali tidak menoleh kearahku. Aku semakin bingung dengan sikap paman.