Polisi vs perampok

hamida kuncoro hakim
Chapter #3

Kehilangan ayah adalah kehilangan jati diri.

kehilangan ayah adalah kehilangan jati diri *

“Aku dan ibu jatuh miskin.“

Hidup tanpa ayah membuat kehidupanku dan ibu mulai kesulitan baik jiwa, raga, fisik, mental, jasmani, rohani semua berpengaruh, termasuk ekonomi.

Ibu yang selalu dimanja ayah tak pandai mencari nafkah, kami hidup hanya bermodalkan harta warisan ayah dari keluarga, uang pesangon dan uang duka dari perusahaan, serta tabungan yang ada.

Hidup kami semakin sulit, biaya sekolahku yang mahal membuat ibu rela menjual aset ayah, termasuk mobil dan rumah. Ibu berusaha berdagang namun gagal bahkan merugi.         

  *Hadiah terindah yang diberikan TUHAN kepada hambanya adalah RAHMAT dan RAHMAT terindah adalah CINTA.*

“Pengalaman pertamaku jatuh cinta, ada seseorang yang bisa Membuatku merasakan getaran-getaran dan rasa syurga Seperti yang teman teman ku ceritakan, aku tau betul Bagaimana awalnya, bagaimana prosesnya dan ada 1 hal Yang akan membuat terpana oleh cinta yang terpancar. Disitulah alasan, kenapa aku jatuh cinta dan kenapa cinta Ini terjadi.“

Saat ini kami tinggal dikontrakkan dalam keadaan yang semakin sulit, bahkan memprihatinkan. Sudah hampir 8 bulan ibu tak sanggup membayar kontrakkan, kami terancam diusir jika tidak bisa melunasinya.

Sore itu sepulang sekolah aku melihat sekelompok preman mengobrak abrik rumah kontrakan dan mengancam ibu, aku bergegas menolong ibu, para preman berniat mengusir kami namun ibu terus memohon.

Aku berusaha mendekati preman-preman itu sambil menolong ibu yang tertunduk, aku mencoba berbicara kepada salah seorang preman “pak berilah kami waktu!“ pintaku.

Salah satu preman sempat terdiam dan mengajak teman temannya berunding. 15 menit kemudian preman tersebut menatapku, bersuara lantang dan mengancam “aku kasih waktu 2 jam, kalau kalian tidak bisa membayar, maka kalian harus pergi tanpa aku bersusah payah mengusir!“ teriak preman dihadapanku.

Setelah mendengar kesempatan dari preman, aku segera menarik ibuku kekamar, ibu tertunduk lemah berucap kalimat putus asa, “ibu sudah tidak punya apa-apa lagi cindy .” Ucap ibu, melihat ibu yang lemah aku pun ikut tak berdaya sambil terus berfikir apa yang bisa dijual lagi atau aku harus menghubungi siapa di sisa waktu 2 jam ini.

“Kenapa aku tidak menghubungi paman jo, paman jo adalah adik ayah satu satunya, pasti paman jo mau membantuku!“ tercetus ide dalam fikirku, bergegas aku mengambil handphone ku.

Namun suara ibu yang sedikit keras membentakku seolah tau apa yang ada dalam fikiranku, yaitu menghubungi paman jo “ jangan hubungi paman jo!“ pinta ibu, aku yang merasa bingung membalas permintaan ibu “kenapa bu, kita hanya punya paman jo, “ kataku meminta penjelaan ibu.

Lagi-lagi ibu menangis lalu menceritakan kondisi paman jo yang sebenarnya “paman jo juga dalam kondisi sulit, marsha terkena kangker tulang dan membutuhkan banyak biaya, kita tidak bisa membantu paman jo, apa iya kita akan menyusahkannya.

“Mendengar penjelasan ibu, aku benar-benar merasa putus asa selain karena situasi rumah saat ini dan mendengar kisah marsha {sepupuku, anak paman jo} kenapa begitu malang nasib marsha, sedangkan aku masih dalam keadaan sehat, apa iya aku membiarkan ibuku menanggung ini semua.

”Kenapa nasib keluarga kami begitu malang ya tuhan, tidak kah engakau mau menolong kami! “ pintaku dalam hati, aku dan ibu terdiam, tertunduk beberapa menit.

1 jam kemudiaan aku mendekati preman yang menunggu di meja tamu ruang depan , entah apa yang ada dalam fikiranku, entah ini keputusan benar atau tidak.

Yang terpenting untuk saat ini aku dan ibu tidak menjadi gelandangan. Aku menghadap preman itu dan berkata “aku minta alamat bos kalian, yang punya kontrakan ini !” pintaku dengan yakin bahwa ini adalah solusi.

Aku meminta dengan suara lirih, berharap para preman mau menuruti permintaan ku.

Tapi preman-preman tersebut malah menertawakanku dan berusaha menghinaku “ jual diri saja kalau tidak sanggup bayar, kau kan cantik, pasti tarif mu mahal!“ ucap salah satu preman, mendengar kata kata preman tadi aku benar benar murka.

Lihat selengkapnya