Polisi vs perampok

hamida kuncoro hakim
Chapter #6

Rindu

        *Salah satu cara ampuh memastikan hadirnya keberadaan CINTA didalam lubuk hati adalah munculnya perasaan RINDU.*

***

“Seminggu, tanpa jafran dan bayang – bayang misteri pekerjaan jafran mulai menghantuiku.”

Pagi hari menyambutku, aktivitas rutin memperjelas pandanganku untuk semangat belajar.

Saat aku membuka handphone, aku lihat ada pesan dari jafran {Assalamualaikum, cindy selamat pagi, maaf aku tidak bisa mengantar dan menjemputmu kesekolah, karena aku ada urusan penting keluar negri selama 1 minggu, tapi kamu tenang saja, karena aku telah menyuruh sopir ku untuk mengantar dan menjemputmu, kemanapun kamu pergi ,ini nomer telfon sopirku 0828xxx.” Tulis jafran dalam pesan singkatnya, yang membuat pagiku bersedih.

Aku segera menelpon jafran dan ternyata nomer jafran tidak aktif. Padahal aku ingin bertanya banyak hal untuk mengetahui atas kepergian nya yang mendadak. ”sungguh apa jafran tidak mengetahui atau pura-pura bodoh, jika aku ini sedang jatuh cinta, mana mungkin aku bisa berjauhan dengannya selama 1 minggu kedepan!” ujar ku, sebel dalam hati.

Setelah sarapan aku mempersiapkan buku-buku pelajaran, ketika sedang berkemas aku melihat amplop tebal yang diberikan jafran semalam yang masih tersimpan rapi didalam tas sekolahku, betapa kagetnya aku menghitung nominal angka sebesar 50juta.

“Lalu apa pekerjaan yang akan ku lakukan dengan gaji 50 juta?” tanyaku dalam hati, aku menutup kembali uang itu dan aku mengambil 200 ribu saja untuk uang jajan ku hari ini.

“sebelum aku mendapatkan kejelasan dari jafran, lebih baik aku pakai seperlunya saja.“ Fikir ku, sambil menyimpan uang saku ku senilai 200.000 ribu kedalam tas dan menyimpan sisa uang gaji ku senilai 49.800.000 kedalam lemari pakaian ku.

Setelah aku berpamitan kepada ibu dan berjalan keluar rumah tiba-tiba ada orang yang memanggilku...“mbak cyndi...!” panggilnya sopan. ”Iya.“ Jawabku.

”Saya disuruh mas jafran untuk menjadi sopir mbak cindy, selama mas jafran kerja diluar negri.” Terang bapak-bapak in, ”oh... iya bapak, mari kita berangkat!”ajak ku sopan.

Percakapan ini berlanjut dalam mobil.

Cyndi : bapak namanya siapa?

Sopir : saya pak kirman mbak.

Cyndi : sudah lama kerja sama jafran pak kirman?

Sopir : sejak mas jafran remaja mbak.

Cyndi : waktu jafran kuliah pak?

Sopir : SMA, mas jafran setau saya tidak kuliah mbak, langsung kerja melanjutkan pekerjaan papa nya mas jafran.

“Kerjaan apa yang bisa bikin jafran kaya dan sukses tanpa ilmu dan ijazah seperti ini?“ tanyaku dalam hati. Aku semakin penasaran dengan kehidupan jafran, mumpung ada sopirnya, pasti sopirnya tau banyak tentang jafran, aku pun melanjutkan pertanyaan, saking aku bersemangat, tiba-tiba sudah sampai disekolah.

“Ya sudah nanti sepulang sekolah aku akan introgasi lagi pak kirman dengan manis“ berencana dalam hatiku.

”Aku pamit dulu ya pak kirman, nanti jam 4 sore jemput aku lagi!“ pintaku kepada pak kirman. “Iya mbak cyndi.“ Jawab pak kirman dengan sopan.

Setelah mendengar jawaban pak kirman aku segera turun dari mobil. ”Berangkat sekolah kali ini mungkin akan terasa lebih indah jika jafran yang mengantar, aku bisa melihat senyum jafran dari dekat, bisa salaman dengan jafran, bisa ngobrol, bisa...” ujar ku dalam hati, sebel , belum apa-apa perasaan rindu ku muncul, rasa ingin selalu bersama jafran terasa kuat dan memaksa, dada ku seolah menolak jarak dengan jafran.

Lihat selengkapnya