Kedewasaan, kebijkasanaan dan kemurnia naluri seseorang terlahir dari rasa empati dan peduli terhadap kehidupan orang lain, jika orang lain bersedih, maka hati ikut sedih, jika orang lain bahagia maka hati pun ikut bahagia.*
***
“paman jo dan sepupuku marsha yang sedang lara,dulu Paman jo selalu ada bersama ku dan ibu ketika kami berduka, sekarang saat nya aku dan ibu membalas kebaikan Paman jo.”
Baru saja aku masuk rumah, terdengar suara ibu menagis dari dalam kamar, aku segera membuka pintu kamar ibu, ”ibu kenapa menangis?” tanyaku mendekati ibu serta mengusap air mata ibu.
”Si marsha anak paman jo sedang dalam kondisi kritis dirumah sakit.“ Jawab ibu sambil menangis,“ ibu ingin menenjenguk marsha atau bagaimana bu?” tanyaku lagi.
“Ibu mengkhawatirkan marsha cyn, bagaimana pun juga marsha sudah seperti anak ibu sendiri, ibu ingin menengok marsha, tapi ibu malu kepada paman jo, karena ibu telah berhutang, jadi paman jo tadi memberi kabar sekaligus meminta ibu untuk mengembalikan uang yang dulu pernah ibu pinjam, paman jo bilang, sebenarnya tidak ingin menagih, namun paman jo terpaksa dan sangat membutuhkan uang cyn, ibu tak kuasa menolak dan ikut merasakan bagaimana susah dan sedihnya paman jo, tapi ibu dapat uang dari mana cyn, ibu ingin menolong paman jo, ketika kita susah paman jo lah yang sering menolong kita, jadi ibu ingin membantu!“ ungkap ibu sambil menangis.
Apa yang dikatakan ibu benar, paman jo adalah adik ayah, yang sering menolongku dan ibu, paman jo selalu ada untuk kami, jadi disaat paman jo membutuhkan, dimana naluri kami jika kami tidak mampu menolongnya atau paling tidak kita bisa sedikit membalas budi baik paman jo.
“Berapa hutang ibu kepada paman jo bu?” tanya ku, sambil terus memeluk ibu dan mengusap air mata ibu.
”5 juta cyndi, dulu paman jo yang membantu dan menemani kita disaat kita kesusahan, saat ini kan paman jo yang sedang kesusahan, sedangkan ibu malu jika tidak bisa membantunya.“ Terang ibu sambil mengusap air matanya.