*Cinta di masa SMA akan menorehkan sejarah dalam kehidupan seseorang, difahami maupun diingkari, karena sesungguhnya tak semua kisah itu indah, kisah dimasa SMA semua tercatat rapi dalam nurani.*
***
“Ada yang menyimpan cinta diam-diam kepadaku.”
Aku merasakan sakit, seluruh tubuh, hati dan jiwaku sakit, meskipun sakit ditubuh ku tak seberapa dengan hancurnya kehidupanku kali ini, betapa tidak, saat ini aku hayalah tawanan seorang polisi.
Kehidupanku seolah berantakan, “bagaimana kuliah ku, ibuku, kekasihku, semuanya penuh dengan ketidakpastian, hidupku juga tidak nyaman terkurung disini, meskipun terkadang aku bersyukur, setidaknya aku tidak dipenjara, andai polisi yang menemukanku bukan teman SMA ku dan mengenalku yaitu rizal, mana mungkin aku bisa selamat seperti saat ini.“ Fikirku dalam hati, mencoba mencari celah agar aku mampu melanjutkan hidupku yang saat ini kehilangan arah dan tujuan.
Mataku melihat televisi namun fikiranku kemana mana, merenungi nasib, merindukan kehidupan normal ku.
Terdengar suara ponsel yang diberikan rizal beberapa jam yang lalu, meleburkan lamunanku.
Segera ku ambil ponsel itu, “pasti telfon dari ibu,“ ujar ku dalam hati, tapi setelah aku melihat layar ponsel yang sedang berdering, terlihat ada nomer baru yang menelpon ku, aku pun mengangkatnya.
Cyndi : halo {ucapku pelan}
Rizal : halo cyn ini aku rizal.
Cyndi : iya rizal.
Rizal : cyn... aku
menghawatirkan kondisimu,
apa kamu merasa sakit, aku
telah memnaggil dokter
untuk ke apartemen.
Cyndi : aku nggak apa-apa
rizal , tidak usah repot-repot!
Rizal : kamu terlihat
kesakitan jika berjalan dan
menggerakkkan tangan mu,
aku tidak ingin kamu sakit.
Cyndi : iya rizal tapi ini sakit
sedikit saja, besok juga
sembuh.
Rizal : dokternya sebentar
lagi datang , namanya dokter
sandra, tunggu di apartemen
ya, maaf aku ada tugas
penting dikantor, jadi tidak
bisa menemanimu, tapi
setelah kerjaanku selesai aku
akan segera pulang.
Cyndi : iya rizal, terimakasih
atas perhatianmu!
Rizal : lho... kamu tau
namaku rizal?
Cyndi : mbok sarni yang
memanggilmu “pak polisi
rizal.“
Rizal : ya sudah aku kerja
dulu ya, selesai kerja aku
akan segera pulang.
Rizal menutup telpon nya, rizal memang sangat tegas, mungkin karena dia polisi, ucapannya lantang dan berterus terang, padahal hati dan sikapnya sangat lembut.
Baru 10 menit yang lalu rizal memberitauku soal dokter yang akan datang ke apartemen , tiba-tiba bunyi bel terdengar, aku pun membuka pintu untuk dokter yang akan memeriksaku, tanpa basa basi dokter tadi menyuruhku ke kamar dan berbaring untuk memeriksaku, aku pun menuruti perintah dokter.
Dokter sandra : tekanan
darah kamu rendah, suhu
badanmu 39, kamu demam,
apa ada keluhan?
Cyndi : kaki dan tangan ku
sebelah kiri sakit dokter.
Mendengar keluhan ku Dokter sandra sandra langsung memeriksa kaki dan tanganku
Dokter sandra : kaki dan
tanganmu memar cukup
parah, sepertinya kamu harus
dirawat!
Cyndi : sebaiknya saya izin
pak rizal dulu dokter!
Dokter : biar aku yang
hubungi pak rizal.
Dokter ini pun terlihat menghubungi rizal dan menceritakan kondisi ku, sesekali dokter memandangku, kemudian bicara lagi dengan rizal melalui telpon.
Setelah melakukan percakapan dengan rizal melalui telpon, dokter sandra menatapku dengan tatapan sinis dan seolah tidak menyukaiku dari awal bertemu sikapnya juga dingin, jauh dari kata ramah.
Aku berusaha menghentikan pandangan sinis nya dan bertanya, soal rizal menyetujui atau tidak jika aku dirawat.
Cyndi : bagaimana dokter,
apakah rizal
memperbolehkanku? Dokter
sandra : rizal bilang kamu
dirawat dirumah saja, karena
kamu berstatus saksi dalam
pemantauan polisi, apa benar
seperti itu?
Cyndi : iya dokter.