*Perasaan bersalah akan muncul jika komitmen cinta yang telah diikrarkan tak mampu dikomunikasikan dengan baik, cinta yang sejatinya terajut diawal akan membangun ego masing masing dengan pandangan masing masing dan menyalahkan nilai yang telah dibangun bersama sebelumnya.*
***
“Apa aku berkhianat?”
Saat sedang menikmati pesona panorama dibalkon apartemen bersama rizal yang menorehkan senyum diantara kami.
Tak sengaja, aku melihat sesorang yang membuatku tertegun, tercengang dan tak bisa berbuat banyak.
Pandangan ku tertuju pada sosok dihalaman apartemen, sosok yang tidak asing lagi bagiku, Terlihat jelas dari atas balkon, seperti ada jafran diarea bawah apartemen, sedang melihatku bersama rizal, aku sempat tertegun dan diam, terlihat jelas sorot mata jafran mengarah kepada kami yang berdiri berdua diatas balkon.
Aku hanya bisa terdiam, pandangan ku terus mengarah ke jafran, begitu juga sebaliknya dengan jafran, pandangannya mengarah kepadaku dan rizal, pandangan penuh kebencian, pandangan murka yang diperlihatkan jafran.
Jafran nampak menggunakan kaca mata hitam dan seketika melepasnya saat melihatku serta menggunakan pakaian anehnya, mungkin jafran sedang melakukan penyamaran sesuai pilihan hidupnya yang tidak mau meyerahkan diri ke polisi.
”Dari mana jafran tau keberadaan ku, jangan-jangan jafran mengikuti ku dan rizal dari tadi pagi?“ tanyaku dalam hati, pertanyaan-pertanyaan penuh teror mulai menghantui, sedangkan mulutku enggan mengucap kebenaran kepada rizal, yang sudah pasti ingin melindungiku.
Namun mulutku terus terkunci, tak ingin memberi tau rizal bahwa jafran berada disekeliling kami dan sedang mengintaiku.
Aku sendiri masih kurang faham dan berusaha mencerna agar hati ku bisa menerima kenyataan, jafran yang ku dulu sangat aku cinta, sekarang menjadi orang yang sangat berbahya.
Entah seberapa bahaya jafran buat ku, namun saat ku pandang jafran dari kejauhan, jafran terlihat marah dan sorot mata kebencian mengarah padaku, aku yang saat ini masih mencintai jafran ingin berteriak kepada jafran, “bahwa aku mencintainya dan tolong jadilah orang baik, jangan seperti ini!” teriakku dalam hati.
Sungguh aku tidak mengetahui apa yang jafran pikirkan saat ini, pandangan kami semakin dalam, pandangan kami adalah pandangan sepasang kekasih yang hampir kehilangan nyawa cinta nya.
Cinta yang dulu dieluh eluhkan kini berubah menjadi nestapa penuh prespektif pribadi masing-masing, kami tak saling bicara, namun mata jafran berbicara betapa kecewanya jafran terhadapku.
Rizal mulai mencurigai pergerakanku dan menelusuri arah pandang ku, “cyn... kamu kenapa?” tanya rizal, menyudahi pandangan ku, yang terfokus kepada jafran.