Waktu pemilihan semakin dekat. Jordan dan Bagio terus saling serang dalam berkampanye. Dengan menggunakan bantuan mata-matanya, Jordan selalu berhasil terhindar dari manuver-manuver politik kotor Bagio. Ia bahkan dapat menyerang balik, dan menjatuhkan Bagio dalam adu argument. Jordan sudah memenangkan hati rakyat, namun itu tidak menjamin mereka akan memilihnya pada pemilu. Ancaman-ancaman halus sudah mulai ditebar Bagio pada masyarakat yang membela Jordan. Ada yang diancam usahanya dipersulit, proyeknya di gagalkan, yang diancam akan dimutasi keluar kota, bahkan ada yang diancam akan dibunuh dan sebagainya. Fakta-fakta ini sempat dilaporkan oleh Kubu Jordan pada penegak hukum, namun mereka tidak bergeming. Tentu saja, Jordan juga mengakui, usahanya ini belum cukup.
Diwaktu yang semakin menipis ini, tiba-tiba Jordan memerintahkan mata-matanya, untuk mencari tahu tentang seorang dukun atau orang pintar yang pernah dikunjungi Bagio. Hal ini membingungkan rekan mata-matanya, terlebih Jordan menginginkan informasi ini dirahasiakan dari tim kampanyenya yang lain. Mata-mata itu lalu berusaha mengorek keterangan dari orang-orang terdekat Bagio, seperti supir, pembantu rumah tangga, dan beberapa sanak saudaranya. Mata-mata itu berdalih hendak mencari pelancar jodoh bila ada yang mencurigai tingkahnya, sesuai instruksi dari Jordan. Betapa terkejutnya dirinya, hampir semua orang dekat Bagio menyebutkan nama seorang dukun yang sama.
Dukun wanita ini, meski keberadaannya begitu dirahasiakan, namun hampir semua orang dekat Bagio banyak yang tau. Dukun ini berada di sebuah gubuk tua di tengah hutan, dekat kota Z. Lucunya, mereka dengan cuma-cuma memberikan alamat lengkap, lokasi dukun itu. Mata-mata itu masih setengah tidak percaya, ketika menginformasikan hal ini pada Jordan. Tanpa pikir panjang, Jordan segera berangkat menemui dukun ini.