Politik Berdarah

Faizal Ablansah Anandita, dr
Chapter #4

Politik Berdarah

Sesampainya di rumah sakit, mereka sudah dinanti oleh beberapa perawat dan dokter pribadi Bagio di depan UGD, dan telah menyiapkan bed dan peralatan medis penolong. Betapa terkejutnya mereka, bagian dalam ambulan itu dipenuhi darah dimana-mana. Wajah dan baju putih perawat ambulan itu juga berubah merah bersimbah darh. Yang lebih mengenaskan lagi adalah kondisi Bagio yang sudah tidak bernyawa, namun luka-luka itu masih terus muncul, memenuhi seluruh tangan dan dadanya. Dokter dan perawat kemudian berusaha mengangkat tubuh Bagio, namun kedua tulang tangannya remuk dan terlepas dari badannya, badan Bagio tidak ikut terangkat. Seorang perawat wanita, yang ikut membantu mengangkat, berteriak keras melihat tangan Bagio lepas. Ia kemudian melepaskan peganganya, sehingga tubuh Bagio terjatuh menghantam tanah. Luka itu kini sudah sampai di kepalanya, tengkoraknya remuk ketika jatuh ketanah, dan membuat otaknya terburai keluar.

Saat itu, tukang parkir, perawat, beberapa pejalan, dan pasien-pasien yang tengah mengantri di UGD, menyaksikan kejadian mengerikan itu. Ada yang berteriak histeris, bahkan ada yang sampai pingsan melihat darah dan organ manusia yang terurai. Seorang dokter lalu memberanikan diri, memungut organ dalam dan anggota tubuh Bagio yang berserakan di tanah dan di ambulan, mengumpulkannya, kemudian meletakkannya diatas bed. Dokter yang lain mengangkat tubuhnya keatas bed, kemudian mereka mendorongnya menuju kamar jenazah. Luka-luka kecil itu masih terus muncul bahkan dengan kondisi jasad Bagio yang sudah sangat mengenaskan. Hal itu menyebabkan tubuh Bagio yang tersisa hancur, dan darah memancar keluar. Tidak tahan dengan darah yang begitu banyak, perawat kamar jenazah pun mengambil sebuah bak besar dari plastik, kemudian meletakkan semua apa yang tersisa dari jasad Bagio, beserta organ-orang tubuh dan tangannya.

Keluarga dan beberapa orang dekat Bagio, kemudian mengumumkan bahwa pagi itu, Bagio meninggal dunia karena serangan jantung. Hal ini tentu menggemparkan seluruh penjuru kota Z. Simpatisan, pendukung setia, serta anggota Partai pengusung Bagio, tidak diperkenankan melihat jasadnya. Tentu saja, karena memang tidak ada yang bias dilihat dari jasad tersebut. Seluruh tim kampanye Bagio diliputi tanda tanya besar akan, namun kehkawatiran mereka lebih kepada hasil pemilu hari ini.

Keesokan harinya, setelah menkonfirmasi kematian dari calon walikota pemenang pemilu, maka pihak panitia pemilihan, yang diwakili oleh pejabat ibukota, dengan berat hati mengumumkan kemenangan diberikan kepada calon walikota pesaing Bagio, Jordan. Siang itu seluruh warga tumpah-ruah ke jalanan, merayakan kemenangan Jordan dengan gegap gempita. Jordan dan seluruh timnya diarak keliling kota. Perayaan besar-besaran diadakan secara dadakan oleh masyarakat. Hari itu seolah menjadi hari dimana tirani kekejaman Bagio runtuh setelah sepuluh tahun lamanya. Kota Z segera melalui babak baru, dibawah kepemimpinan Jordan.

Meski semua pihak terkejut dengan peristiwa pemilu tahun ini, namun Jordan sepertinya tidak begitu terkejut dengan hal itu.

.....

"Kau ingin menang kan anak muda? Khehehee" Tawa nenek tua itu

Pemuda itu nampak tersenyum bisu.

Lihat selengkapnya