Pulau Dewata
Bulan agustus tahun 2004 penantian itu akan tiba, sudah waktunya membeli koran untuk melihat pengumuman. Ya, pengumuman dimana setiap calon mahasiswa akan melihat urutan tulisan di sebuah lembaran koran ternama, dimana akan tercantum nama-nama siapa yang akan lolos masuk perguruan tinggi negeri. Pagi itu aku masih sedikit bermalas malasan, maklum setelah sebulan penuh aku hanya beraktifitas ringan dirumah nenek.
“kriiiing… “ suara telepon bergema di sudut ruang tamu rumah nenekku.
“halo …” sahut paman ku di ujung telepon.
“haris ada pak,….“ Jawab si penelepon.
“siapa ya…?” Tanya pamanku kembali.
“saya rohim pak, teman haris….” Jawab si penelepon.
Rohim adalah teman seangkatanku dan juga satu kelas waktu duduk di kelas 3 di SMA satu satunya di kotaku, maklum kota kecil yang rencananya akan jadi ibukota kabupeten ini masih dalam proses berkembang jadi sekolah SMA masih ada satu.
Saya mau memberi info bahwa haris diterima kuliah di Fakultas kedokteran hewan Universitas Udayana Bali…” si penelepon melanjutkan pembicaraanya.
“oh, ya …. Tau dari mana kamu ? “ tanya pamanku.
“saya tau dari koran pak…” jawab si penelepon.
“baik saya beri tau haris, anaknya masih mandi barusan…” jawab kembali pamanku.
“baik pak, tolong beritau bahwa pagi ini saya mau ke rumah haris …!!!” jawab si penelepon kembali.
“baik…saya akan beri tau..!” jawab kembali pamanku.
“pak sekian dulu ya terimakasih..” jawab si penelepon.
“ya, sama sama terimakasih…” sahut pamanku sambil meletakkan gagang telepon rumah ditepat semula.
Setelah menutup telepon, bergegas pamanku menuju belakang rumah, kebetulan kamar mandi di rumah nenekku terpisah dari rumah utama.
“riz, cepat kemari….” seru pamanku dari ujung pintu bagian belakang rumah.
“ada apa om, …?” Jawabku.
“barusan ada temanmu telepon,…!!!” kata pamanku
“Siapa om….?” jawabku penuh Tanya.
“rohim….!!” jawab pamanku.
“rohim…?? jawabku penuh Tanya, ada apa dia teleponku pagi-pagi begini gumamku dalam hati.
“ya, selamat riz kamu di terima kuliah di bali….” sahut pamanku.
“benarkah…?? jawabku dengan sumringah.
“Ya…” kata pamanku.
“Alhamdulillah…” kupanjatkan puji syukurku kepada Allah SWT.
Belum selesai kupanjatkan puji syukurku, karena setelah menjalani proses panjang dan akhirnya sampai juga berita ini. pamanku kembali berujar…..
“cepat kamu pulang, tadi rohim bilang mau ke rumahmu….!!! perintah pamanku.
“baik om,…” jawabku sambil bergegas menuju kamar.
Alhamdulillah, akhirnya aku berangkat ke pulau bali. Perjalanan yang tertunda yang seharusnya awal tahun ini kami seangkatan melaksanakan pariwisata akhirnya tertunda akibat kecelakaan dahsyat yang menewaskan murid dan guru dari SMA dari jawa tengah di dekat pembangkit listrik di daerah paiton. Dari peristiwa itu akhirnya pihak sekolah membatalkan acara pariwisata kami ke pulau bali dengan alasan keamanan.
Pagi itu cuaca sangat cerah, jam masih menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit ketika ku tengok jam tangan melintasi kawasan wisata candi jabung. Setibanya di rumah terlihat motor yang sudah tak asing lagi terparkir di depan rumahku, motor keluaran pertengahan tahun 90an yang masih terlihat orisinil dengan spion kiri yang terpasang tanpa pasangaannya.
“Hey ris….!!! si rohim menyambutkku.
Rupanya dia sudah terlebih dahulu tiba di rumahku dan menunggu di ruang tamu ditemani ibuku dan segelas teh hangat menggambarkan keceriaan hari ini yang sangat di tunggu sebagian besar teman teman seangkatanku.
“hey, him….!!! jawabku dengan sumringah.
“selamat…selamat….” sahut si rohim.
“ya, terimakasih., kamu bagaimana apa juga di terima…? Tanyaku penuh harap.
Karena dari dua ratusan murid seangkatan kami, hanya aku dan rohim saja yang mencoba peruntungan dengan memilih universitas udayana sebagai tempat kuliah.
“ya, aku juga diterima. Alhamdulillah…” jawab si rohim.
“Alhamdulillah…selamat ya him..!!!” kataku kepada rohim yang dari tadi terlihat bahagia.