Pondok Bento……….
Ya…disinilah kisah petualangan ini akan dimulai. Kisah kehidupan anak kos dengan segala hiruk pikuk kehidupannya, senang susah yang kita lalui bersama. Sebuah pondok kos yang dihuni mahasiswa dari kota, pulau, adat istiadat yang berbeda. Dari sabang sampai merauke kita semua berasal, tapi semua akan menjadi sebuah kisah yang sangat unik. Perjalanan panjang mencari sebuah jati diri, mencari sebuah karya nyata kehidupan yang tak bisa ditukar dengan waktu lain dan mungkin sangat sulit terlupakan meskipun kita kembali ke tempat asal masing-masing kelak.
“silahkan turun….” Pinta bli wayan pada kami.
Kami bertiga segera turun dari mobil bli wayan, lalu mengikuti langkahnya menuju sebuah bangunan yang terletak di sebelah kanan mobil yang kami tumpangi tadi. Dibukalah pintu kamar berkeramik putih dengan atap anyaman bambu membawa kesan etnik kamar sederhana dengan sebuah Kasur dan meja kecil nampak di sudut ruangan.
“ini kamarnya..” kata bli wayan.
“baik bli….” Jawabku.
“kamarnya tinggal 2 yang kosong…” ujar bli wayan.
Setelah berunding sebentar, dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami setuju memilih kamar itu untuk tempat tinggal. Saya tinggal sekamar dengan rohim sedangkan dika tinggal sendiri di kamar sebelah kami. Lalu itu kami di persilahkan bli wayan kerumahnya, rumah bli wayan tak jauh dari kamar kos kami untuk mengisi data diri dan melakukan pembayaran kos selama satu tahun. Setelah berbincang sebentar kami kembali ke kamar kos, “waktunya beristirahat” pikirku setelah seharian melawati perjalanan panjang. Tiba waktunya kami untuk merebahkan badan yang sudah tak tahan lagi untuk melepaskan lelah. Sebuah kasur tanpa dipan, hanya beralaskan karpet warna biru sudah cukup bagi kami merebahkan badan. Kami pun tertidur pulas hingga malam pun tiba tanpa kami ketahui. Kamar terlihat gelap ketika ku buka mata, “sudah malam rupanya..” seketika ku berucap dalam hati.
“Him,….. bangun..!!!” ucapku pada rohim yang masih terlihat lelap sekali tidurnya.
“Hah….apa riz…! Sudah malam ya...” seketika dia beranjak dati tempat tidur.
“Mana nih lampunya kok gak nyala ya….?” Tanyaku ke rohim.
“Tak ada kah lampunya…?” Rohim kembali bertanya padaku.
“Sudah aku pencet dari tadi tak hidup….!! Kataku.
Setelah ku tengok menggunakan pancaran sinar lampu hp, rupanya tak ada lampu yang tertanam di gagang lampunya. Segera ku beranjak ke sebuah warung di depan kamar kos untuk menayakan lampu kamarku ke ibu kos yang dalam Bahasa bali biasa di panggil meme’. Begitulah penyebutan kata ibu bagi sebagian besar masyarakat bali.
“Meme’… lampu kamarku tak ada….!!! Kata ku pada meme’ yang duduk sambil menonton tivi didepan warungnya.
“oh, ya..?” jawab memek penuh tanda Tanya.
“coba kamu ambil bola lampu di etalase bawah tivi…” kata memek berucap.
“Baik, mek…!!! Segera ku mengambil bola lampu yang terlihat masih baru di etalase.
“saya pasang ya, me’…” ujarku sembari membawa bola lampu.
“ya, hati hati pasangnya” kata memek.
“baik, mek…” jawabku.