"Suatu hari gue bakal main di kafe itu."
"Enggak cuma itu. Kita. Ya, kita, bakal manggung di Gasibu!" ucap Rama mencerocos. Pelipisnya bengkak. Wajahnya biram.
"Dan gue keliling dunia pakai jet pribadi." Tommy seadanya menimpali. Semuanya sudah malas bicara.
*
Setiap tindakan ada kesenangan dan harga yang harus dibayar, sebut Socrates. Tilikan yang sukar untuk disanggah lagi.
Dalam kondisi sadar pun akal sehatnya kerap berpikir dua tiga kali lebih lambat dari reaksi amigdala yang meluap bagai tsunami. Apalagi sebaliknya.
"Lu harus banyak makan kacang. Telur. Dan meditasi," tutur Dev mendapati matanya mulai meriap, "serotonin lu anjlok."
Suatu kontradiksi yang lain. Meski tubuh bugar dan bersenang-senang main musik, Rama selalu kekurangan sikap santai. Gampang tersulut amarah kalau egonya tersenggol. Tapi kejadian tempo lalu sungguh mengejutkan. Sewaktu The Fantasi manggung, Rama mengacau di acara musik yang masih saja disebut indie itu dengan sekacau-kacaunya.
Ketika itu The Fantasi naik lagi ke atas panggung setelah diteriaki, "We want more!" berkali-kali oleh penonton. Memainkan satu nomor pamungkas yang telah hilir mudik di tangga radio, sesungguhnya mereka hanya mengulang aksi klise. Terprediksi namun tetap dilakoni. Key dan Cunk masih setia di bibir panggung. Rama yang sejak pertengahan konser begitu comel berlagak kritikus, dengan mata memerah, berjalan terhuyung-huyung menuju para penonton, membelah ombakan manusia yang sedang ajojing dalam hentakan riang, membuatnya terlihat kontras bagai zombi yang tersesat dalam pesta.
Tak hirau sergahan Key, ia lampaui pembatas lebih cepat dari pengawasan longgar para pengaman.
"Mau ngapain tu anak?" Cunk terbengong-bengong. Key hanya mematung, sama bengongnya dengan bibir membentuk 'O'. Saat itu Dev sedang ke toilet. Perutnya bermasalah. Tommy, entah ke mana.
"Lu semua kok mau-maunya masuk mayor?" semprot Rama, terlihat seperti adegan film bisu. Suaranya tenggelam di antara bising musik dan teriakan.
"Whuuuuuuuu … kampungan."
"Turun woi!"
"Payah lu. Udah intro mirip Rialto. Lirik cinta-cintaan. Berak!" umpat Rama, masih terlihat layaknya adegan film bisu. Si vokalis ikut terbengong-bengong menengadahkan tangan, dengan raut sepolos Chaplin. Ketika ia meminta musik berhenti, Rama sudah diamankan para pengaman, yang seharusnya memang bertugas sigap mengamankan segala sesuatu di luar dugaan yang merusak kenyamanan acara. Istilah diamankan di sini berarti digelandang. Rama diseret ke belakang sambil meronta-ronta. Butuh lebih dari dua petugas membungkamnya. Rama lantas meludahi seseorang yang paling membuatnya jengkel. Satu hantaman mengenai pelipis. Keseimbangannya limbung. Rama tersungkur.
Key dan Cunk pun bereaksi. Mereka beranjak terobosi pagar hidup, naik ke sisi panggung untuk menyelamatkan Rama dari kepungan yang hendak mengangkutnya pergi. Suasana bertambah chaos setelah Cunk menerjang salah satu petugas dengan terjangan ala Eric Cantona ketika menerjang pendukung Crystal Palace, tepat mengenai bokong si empunya yang telah mengakibatkan Rama KO.
Orang itu mental terjengkang di antara beberapa jurnalis yang sedang meliput. Jurnalis itu jatuh mengenai penonton, tepat di pinggir booth minuman ringan. Alhasil penonton itu pun terdorong menabrak susunan apik rak minuman ringan bagaikan strike lemparan boling!
Tentu The Fantasi tak lagi selera menuntaskan konser pertama mereka. Sungguh sebuah efek domino kekacauan yang, lagi-lagi sarat dengan komedi. Komedi yang selalu berhasil menciptakan tawa. Tawa kecut atas kekonyolan tiga pemuda yang berakhir damai di ruang ganti; mereka mesti membayar semua kerugian yang sukses menguras uang bulanan.
Sejak malam itu, Dev berniat tak akan berurusan apa-apa lagi dengan Rama. Orang itu sering bertindak gila. Lebih gila dari sekadar mengobrol dengan dua ekor hamster. Beberapa kali ia sempat menghindar saat Rama memanggilnya di kampus. Dev pura-pura tak dengar. Namun semakin ia menghindar, semakin ia selalu dipertemukan dalam momen tak terduga. Seperti siang itu.
Tak beberapa jauh dari terminal, ia melihat kerumunan anak-anak sekolah bermotor mengerubungi seorang lelaki. Lelaki yang bila ia perhatikan lebih dekat lagi, sangat mirip wajahnya dengan Rama.
Orang itu memang Rama! Ia dalam bahaya. Di momen yang singkat, ia harus mengambil keputusan yang tak bisa ditolak.
*
Rama dikeroyok. Baru kempis memar di pelipis, kini luka-luka di sekujur badannya bertambah. Bila Dev memilih jalan pertama, pura-pura melengos tak peduli, mungkin kondisinya bakal jadi lebih parah.
"Habis ini mau apalagi?"
"Enggak ada rencanalah. Gue membela diri."