Portal-Portal Menuju Patah

Firdhaniaty Rachmania
Chapter #11

10 - Malam Kemerdekaan (Jika Berbeda)

Aku seharusnya tidak diam saat itu.

Diamku menyuarakan keraguan, dan itu hanya akan membuat Ravaka semakin yakin dirinya tidak cukup kuat. Dia kuat, aku hanya perlu meyakinkannya. Kita semua bisa merasa lemah dan sewaktu-waktu memang butuh diyakinkan oleh orang lain, kan? Tapi aku bukan hanya orang lain, aku seseorang yang penting untuk Ravaka. Tidak boleh ada ketakutan dan keraguan yang dibiarkan menang. Kami harus melawannya.

Apa yang akan berbeda jika aku mencoba untuk menguatkan kami?


Gelitik angin mengenai pipi. Dinginnya lembab, namun tidak bisa menjangkau tanganku yang hangat di dalam genggamannya. Aku aman, aku berada di tangan yang tepat.

“Lagi, rasain lebih dalem …” ujarnya, membimbingku melakukan pernapasan.

 Dengan mata terpejam aku bilang, “Kamu kedengeran kayak mahasiswa psikologi.”

Tawa renyahnya muncul. “Kayaknya aku tau beberapa hal sih soal psikologi.” Dan beberapa tentang teknologi, fisika, sejarah, politik, agama, bahasa, dunia internasional dan lainnya. Beberapa yang menumpuk menjadi banyak.

Ravaka terdengar membenarkan posisi duduknya, sebelum melanjutkan, “Aku belajar teknik pernapasan itu dari ikut silat.”

Aku membuka pejaman mata untuk melihatnya. “Oh, aku nggak tau itu sebelumnya.”

“Oh iya? Aku belum pernah bilang ya?”

Kugelengkan kepala, lalu Ravaka menunjukkan kalungnya. Tetapi sekarang aku jadi ingin tahu. “Kamu kangen nggak ngelakuin itu lagi?”

“Silat?” Matanya menyempit ketika berpikir. “Kadang iya.”

“Kayaknya aku perlu belajar silat juga,” celetukku.

Ravaka membelalakan matanya, seolah yang baru dia dengar adalah teori konspirasi paling tidak bisa dipercaya. “Kamu mau belajar silat?”

“Kamu mau ajarin aku?” tanyaku balik.

Dia tertawa menunjukkan barisan gigi. “Ya aku sih mau-mau aja.”

“Bagus. Nanti jadwalin ya.”

“Eh, serius nih?”

“Serius dong.” Aku memang tidak bisa silat atau jenis bela diri lainnya, dan tidak memiliki kesempatan untuk belajar tentang itu sebelumnya. Namun pasanganku tahu tentang itu, jadi kenapa tidak? “Kamu bisa ajarin aku setelah balik lagi ke Indonesia. Oke?”

Lihat selengkapnya