Portal-Portal Menuju Patah

Firdhaniaty Rachmania
Chapter #13

12 - Jarak Lagi

10 November 2023 tinggal tersisa lima menit lagi.

Setelah itu aku akan meninggalkan hari buruk ini. Kamarku masih gelap, aku masih tidak bisa tidur. Waktu yang berjalan lambat seperti menjebakku untuk terus terjaga. Aku tidak bisa memikirkan apapun selain dia. Tidak bisa kualihkan otakku untuk menelaah hal lain selain kami. Aku dan Ravaka, hanya itu yang mengisi diriku saat ini.

Hari esok kuharap bisa lebih ramah padaku. Namun melihat Ravaka yang masih belum juga membalas, aku agak meragukan esok akan lebih baik. Mungkin besok akan sama buruknya, atau mungkin besok akan berkali-kali lipat buruknya.

Tidak, hentikan. Aku tidak boleh kehilangan harapan. Ini pastilah bentuk ujian untuk hubungan kami. Lagipula tidak ada hubungan yang selalu baik-baik saja, pasti ada momen-momen berat yang hadir juga. Itu yang sekarang terjadi pada kami. Dan seperti ujian-ujian lainnya, pasti bisa dilewati. Kami bisa melewatinya. Momen yang terasa menggerus-gerus dadaku seperti sekarang hanya akan ada untuk sementara.

Jadi aku akan terus menunggu dan mengecek ponselku setiap sepuluh menit sekali. Waktu bisa berjalan dengan lambat, tapi aku bisa terus bertahan menghadapinya. Boleh jadi aku terlihat tidak lebih dari seorang perempuan yang sedang mematung di kasur dengan wajah yang terbenam di bantal, tapi aku tidak akan menyerah.

Tidak akan menyerah untuk kami.

Saat mulai kehabisan napas, aku sedikit mendongkak untuk mengambil udara. Lalu kembali lagi menelusuk ke bantal. Terus begitu sampai aku tidak tahu kapan. Tetapi yang jelas hanya sementara. Kuresapi dulu saja gelap yang ada saat ini, karena nanti akan muncul terang lagi.

Drrrrt Drrrrt!

Nah. Gapah-gopoh aku meraih ponsel, memaksa tubuhku bangkit, dan mengenyahkan rambut acak-acakan yang menghalangi pandangan. Kunyalakan ponsel cepat-cepat. Cahaya dari layarnya mentereng menyorot wajahku yang sudah lama bersembunyi dalam gelap. Jadi silau. Kulebarkan mata untuk bisa melihat notifikasi yang muncul.

Jantungku terasa disuntik serum kehidupan saat melihat nama Ravaka. Akhirnya! Segera kubaca dan kubalas pesannya tanpa pikir panjang.


Ravaka:

Maaf baru bales, aku sibuk kelas (00.04)


Gapapa, gimana keadaan kamu sekarang? (00.04)


Ravaka:

Aku gak tau, rasanya berantakan. Tapi masih ada keinginan buat nerusin hidup (00.06)


Hang in there. (00.06)

Soal kesempatan kedua yang aku bilang itu gimana? (00.07)


Ravaka:

Buat jawaban singkat saat ini, yes, let’s be better ke depannya (00.10)

Tapi pikiran aku sekarang masih belum jernih, aku masih bingung sama semuanya (00.10)

Masalahnya apa aku masih layak? (00.11)


Saat aku dalam proses untuk mengetik dia bisa belajar dari kesalahan itu dan berusaha meningkatkan kualitas hubungan kami, Ravaka sudah lebih dahulu mengirim pesan lain.


Ravaka:

Ras, boleh gak kita break dulu? (00.12)


Semudah itu lapisan es menjalari seluruh diriku, membuatku membeku. Aku menatap kata-kata yang muncul di layar dalam kesangsian. Bagaimana bisa itu keluar darinya? Aku menelan ludah, tapi rasanya bak racun yang membuat pahit tenggorokan.


Ravaka:

Kalo gak juga gapapa sih. Cuma untuk beberapa waktu ke depan aku bakal lebih jarang hubungi kamu. Mungkin bisa sampe aku balik lagi ke Indo. Aku kayaknya butuh waktu buat laluin semua yang ada di sini sendiri dulu (00.13)


Break yang kamu maksud itu artinya jeda buat kita gak komunikasi sama sekali? (00.15)

Lihat selengkapnya