Aku dan dia di dalam studio karaoke. Ruang gelap berukuran sedang yang bertabur banyak titik-titik cahaya proyektor menyambut kami. Seperti konstelasi bintang yang bergerak pelan, dalam warna merah, biru, hijau, dan putih. Tersebar di seluruh penjuru ruangan persegi ini, terutama di bagian langit-langitnya.
Kami akan mengisi sofa hitam empuk di depan yang menghadap layar tv besar. Dia memilih lagu dan aku menyiapkan mikrofon.
“Mau apa dulu?” tanyanya, siap mengetik judul lagu pada keyboard di atas meja untuk kami nyanyikan bersama. Di bawah keredupan ini, wajahnya justru semakin tergariskan dengan halus. Dia terlihat menawan dalam balutan sweater pemberianku, bordiran wajah kucing oranye di dada kirinya menarik perhatian. Aku mengenakan yang sama. Kami berseragam.
“Willow,” jawabku dengan mudah. Lagu nomor satu yang akan selalu mengingatkanku tentang kami.
“Siap.”