Portal-Portal Menuju Patah

Firdhaniaty Rachmania
Chapter #26

25 - Yang Ditunggu

Jemariku mengusap-usap layar ponsel. Aku sedang melihat-lihat lagi Ravzine, majalah digital yang kubuat khusus untuk ulang tahun ke-21 Ravaka di bulan Oktober yang lalu. Terdiri atas 12 lembar dan didesain mengikuti tema majalah fashion luar negeri. Isinya tentu saja adalah hal-hal seputar Ravaka.

Dalam ukuran besar, aku memasukkan foto Ravaka yang sedang mengenakan jas coklat, satu tangannya memegang dasi, matanya menyorotkan tatapan elang. Selain itu, ada foto Ravaka yang sedang membentuk hati dengan jemarinya ketika berada di pesawat dan dia yang berbaris di depanku saat upacara 17 Agustus semasa KKN. Gambar peta, kucing, cabai, motor, croissant, dan spatula kumasukkan pada lembar khusus tentang kesukaan Ravaka. Ada foto kami berdua juga.

Banyak kata-kata yang kusampaikan padanya lewat majalah ini. Beberapa kubaca berulang-ulang.

Selamat ulang tahun, Rav! Di mata aku, keberadaan kamu menambah terangnya dunia ini. Semoga semua impian kamu tercapai dalam bentuk yang paling menakjubkan.

Jadi 21 tahun itu tidak mudah. Kadang cerah dan kadang bisa ada badai. Di waktu tertentu, badainya mungkin terasa sangat besar. Tapi aku mau kamu tahu, aku akan ada bersama kamu untuk melewati segala macam cuaca, semua suka dan duka.

Luar biasa rasanya punya kamu di sisi aku, dan aku mau menjaganya tetap seperti itu. Tetap saling membersamai, bertahan di saat-saat sulit sekalipun, menangis dan tertawa, bersinar bersama. Aku mau menciptakan momen tanpa akhir bersama kamu.

Iya, jarak itu sulit. Tapi bersama, kita bisa tumbuh lebih kuat karenanya. Kalau kita bisa melalui masa sulit ini, bayangkan betapa hebatnya kita saat bisa bersebelahan lagi nanti. Satu hal yang pasti, aku tidak akan menyerah untuk kamu, janji tidak menyerah untuk aku juga ya? 

Tentang Penulis

Penulis dengan penuh semangat menghabiskan lebih dari 7 jam (dan beberapa jam di tempat magang) untuk membuat majalah ini. Penulis berharap Ravaka menyukai hadiah kecilnya, meski sebenarnya penulis ingin bisa memberi lebih. Penulis berjanji ada lebih banyak hadiah yang menunggu Ravaka ketika nanti sudah kembali. Penulis menutup tulisannya dengan mengatakan, “Take care, and see you very soon, baby.”

Selepas aku mengirimkan majalah itu padanya, ruang obrolan dipenuhi huruf-huruf kapital dan emoji tangan hati. Dia bahkan mengunggah video di semua media sosialnya untuk menunjukkan isi majalah buatanku. Responnya saat itu membuatku ingin menciptakan lebih banyak hal untuknya. Usahaku rasanya sangat diapresiasi.

Ravaka:

AAHHH PACARKU KOK SWEET BANGET 🫶🫶🫶🫶 (10.52)

EMANG BOLEH SEEFFORT ITU? (10.52)

EMANG BOLEH BIKIN ORANG SALTING DI JAM 5 PAGI? (10.53)

LUVLUVLUV 🫶🫶🫶🫶 (10.53)

MAKASIII SAYANGGG 🫶(10.54)

But still (10.55)

The best gift that I’ve got is meeting you and being part of your life (10.56)


Jika kami memang pernah seindah itu, lalu mengapa aku merasa patah ketika membaca semua ini? Mengapa itu semua ada di masa lalu dan sekarang kami berbeda? Aku tidak bisa membiarkan kami yang dulu tergantikan oleh kami yang sekarang. Aku tidak mau.

Pertanyaan-pertanyaan kembali menghantuiku. Mereka menyeretku untuk masuk ke lubang gelap itu dan aku hampir akan bersemayam lagi di dalamnya sampai pagi menjelang. Namun sebelum tanda tanya melahapku sepenuhnya, ada suara bergetar dari handphone.

Seseorang meneleponku. Seseorang yang paling kutunggu. Jantungku seperti ingat lagi cara berdetak ketika namanya muncul di layar. Tidak buang waktu, aku segera mengangkatnya.

“Halo?”

“Halo.”

Suara itu. Akhirnya kembali menyambangi telingaku setelah sekian lama. Perlu beberapa detik sampai aku sadar bahwa suara Ravaka lebih berat dari yang sering terputar di kepalaku. Semacam suara seseorang yang sangat kelelahan.

“Kamu apa kabar?” tanya Ravaka.

Ada banyak istilah negatif yang bisa menjawab pertanyaan itu, tapi aku memilih untuk berkata, “Enggak terlalu baik. Kamu?”

“Sama.” Satu kata itu memperjelas serak pada suaranya. Dia melegakan tenggorokan sebelum melanjutkan, “Masih kerasa berantakan semuanya. Nggak jelas. Aku masih ngerasa blur tentang mana yang bener dan mana yang salah.”

Lihat selengkapnya