Portal-Portal Menuju Patah

Firdhaniaty Rachmania
Chapter #35

34 - Ternyata Kamu Lebih Bajingan

Aku meninggalkan Melanger Les Space dengan perasaan dikalahkan. Seolah aku sudah menyiapkan banyak senjata untuk menembak orang yang jahat, tetapi ternyata orang jahat itu memiliki lebih banyak senjata untuk menyerang. Kebenaran-kebenaran mencengangkan yang dia ungkapkan, caranya merasionalisasi kesalahan, keberaniannya menangkis ucapanku, kelancangannya menceramahiku, semua dia lakukan dibalik topeng diplomatis dan logis. Ravaka terlalu lihai dalam mengakui kebejatan dirinya sendiri.

Ada bagian diriku yang ingin melihatnya menyesal karena menyadari ulah durjana yang dia lakukan bersama perempuan itu telah membuatnya kehilanganku. Aku ingin melihatnya tersiksa oleh kebodohannya sendiri. Tidak ada sedikitpun dia menunjukkan itu. Rasa bersalah sudah mati di dalam dirinya, seperti hal-hal baik lain yang kukira dia miliki.

Namun, setidaknya sekarang aku sudah tidak terkungkung dalam hubungan beracun bersamanya. Aku sudah mengakhiri hubungan yang mengoyak-oyak akal sehatku selama beberapa bulan ke belakang. Ada kelapangan yang hadir dari realisasi itu.

Sesampainya di kos, aku memberi tahu dunia tentang akhir kisah kami. Kuberi tahu Malva dan Slafi bahwa aku sudah resmi bebas darinya, dan lusa kami bertiga akan melakukan pertemuan untuk membahasnya. Kemudian aku membagikan sebuah instastory yang telah kusiapkan sebelumnya, berisi potongan-potongan lirik lagu patah hati dari playlist-ku yang menggambarkan tindakan destruktif Ravaka. Mereka yang dulu tahu manisnya kami, kini akan tahu juga akhir tragis kami.

Setelah mengumumkan akhir kisah kami, aku telentang di kasur, mengistirahatkan diri untuk sejenak. Kurasakan lembutnya berbaring di atas seprai putih polos dengan boneka kelinci di dekat kepalaku. Kamar kosku yang dekat dengan kampus lebih kecil daripada kamar kos Cendana yang kutempati saat magang. Namun ruangan persegi ini sudah lebih lama kutempati dan lebih banyak menggambarkan diriku. Dindingnya seperti warna buah persik. Di sebelah rak buku, banyak poster dinding abstrak bertuliskan kata-kata mutiara. Ada vas berisi tiga bunga tulip merah muda di atas lemari baju. Aku juga menyimpan pewangi ruangan yang membuat setiap tarikan napas mengandung seulas aroma buah beri.

Lalu, mendadak satu nama bangkit di benakku. Sudah terkonfirmasi kalau memang dialah orangnya. Tidak adil rasanya kalau perempuan itu menjalani hidup yang aman dan damai, tanpa mendapatkan konsekuensi dari tindakannya padaku. Golakan amarah yang sudah lama tertahan kembali mencuat, tidak sabar untuk segera menyapanya. Aku cepat-cepat bangun dari berbaring. Kumasuki ruang direct massege dan mulai mengetik kata-kata yang paling indah untuknya.


Hai, aku mantan Ravaka. Aku gak kenal kamu, tapi aku mau bilang makasih banyak atas kontribusi kamu yang membuat runtuh hubungan kami. Aku tau kamu dan dia ngelakuin tindakan gak senonoh saat ISEP, what a shame. Kamu keliatannya perempuan yang baik, tapi ternyata aku enggak boleh menilai cuma dari luarnya aja. Congrats ya, seluruh dunia bangga karena kamu jadi perwakilan terbaik kelompok perempuan jalang. (7.29)


Rindah tidak segera merespon. Aku sampai berpikir dia mungkin tidak akan membaca dan membalas pesan ramahku. Mungkin dia tidak cukup bernyali untuk menghadapiku. Namun, akhirnya dia muncul beberapa jam kemudian, tepat sebelum aku beranjak tidur.


Rindah:

Just for your additional information, dia yang deketin aku setelah pertemuan pertama kita saat bikin visa di bulan Juni 2023. Ternyata ada KKN di bulan Agustus, terus dia tinggalin aku gitu saja tanpa alasan dan malah kamu yang jadi pacarnya. Bet you didn't know this. (10.04)


Rahangku terjatuh. Pukulan keras kembali menghantam bagian yang sudah retak, membuat kelegaanku hancur berantakan.

Fakta gila apa lagi ini?

Kenapa keburukan dari cerita ini seperti tidak ada habis-habisnya?

Pertama, Rindah yang bermuka tebal tidak punya cukup hati untuk meminta maaf. Kedua, dia jelas tidak mengelak telah melakukan aksi memalukan itu bersama Ravaka. Ketiga, dan yang paling buruk dari semuanya …

Dia mengaku menjadi yang lebih dulu.

Dari aku.

Sebelum aku dan Ravaka, hampir ada dia dan Ravaka.

Tidak sedikitpun hal itu terbersit di pikiranku. Selama ini aku selalu melihatnya sebagai orang tidak terduga yang ikut meretakkan hubunganku dengan Ravaka. Orang yang ada di depan mata Ravaka ketika dia membutuhkan seseorang. Orang yang merebut Ravaka dariku. Aku tidak pernah menduga mereka memiliki riwayat hubungan juga sebelumnya. Jika pengakuan Rindah benar, maka semua persepsiku tentang mereka selama ini salah.

Kukirim tangkapan layar berisi pengakuan perempuan itu pada si busuk satunya lagi. Aku bilang pada Ravaka bahwa jalangnya telah mengungkapkan rahasia mereka. Ravaka merespon tak lama kemudian, kembali mendidihkan darahku dengan jawabannya.


Ravaka:

My bad, aku lupa kasih tau kamu tentang itu. I hope your life gets better. (10.31)


GO TO HELL (10.33)


Begitu kasual dan santai dia membenarkan semuanya. Seolah mematahkan hatiku tidak lebih dari mematahkan sehelai rambut. Aku tidak habis pikir dia bahkan bernyali besar untuk mengucapkan semoga hidupku membaik setelah dia jugalah yang memporak-porandakannya.

Urat-urat wajahku terasa begitu meregang saat meremas ponsel di tangan. Sangat ingin aku mengubah ponsel ini menjadi belati tajam dan melemparkannya sekencang mungkin untuk membelah dua jantung Ravaka, supaya dia tidak lagi berkeliaran di dunia untuk memperlakukan orang dengan seburuk ini.

Manusia tanpa hati.

Monster.

Kengerian terasa menusuk bahkan sampai jari-jariku. Megap-megap aku memasuki obrolan grup, untuk mengirimkan bukti mencengangkan yang kudapatkan kepada Malva dan Slafi. 


Malva: HEH (10.40)


Slafi: SI BANGSAT (10.40)


Malva: Level dewa banget ancurnya (10.41)

Lihat selengkapnya