Pagi ini Inara berjalan menuju kelasnya sendiri. Ia tak peduli pada para siswi yang mencibirnya. Toh untuk apa melayani, mereka hanya iri. Koridor di pagi ini terlihat sepi. Tapi kata terakhir itu seketika hilang. Ketika dia melihat 3 orang pemuda tampan berjalan seperti menghampirinya.
"Aduh gawat! Puter balik Nara...puter balik." Ia lalu membalikkan tubuhnya, mengganti arah.
"HEH CEWE BELAGU!" teriak salah satu pemuda itu.
***
"Hahaha, pinter kan gue kemarin.." tawa Arvin. Ketiganya sedang membahas perihal kemarin, saat Arvin menyuruh seorang gadis menjadi babu nya. Harusnya itu hari ini, tapi gadis itu belum kelihatan batang hidungnya.
"Vin, vin.. tuh cewek kemarin," ujar Awan, menepuk bahu Arvin sambil menunjuk arah depan.
Pandangan Arvin fokus pada objek yang ditunjuk Awan tadi. "Wah iya."
"Eh Vin, dia mau kabur tuh," timpal Caka.
"HEH CEWE BELAGU!" teriak Arvin. Ia lalu berlari, dan lagi lagi menarik kerah belakang gadis itu.
"Mau kemana lo, ha!" serunya, dengan senyuman smirk milik seorang Arvin.
"Ish, lepasin tangan lo!" Gadis itu memutar badannya dan langsung menggempaskan tangan cowok didepannya.
"Gue mau nagih yang kemarin."
Alis gadis itu menyatu. "Wait, nagih apa? Udahlah gue ada urusan penting, bye!"
"Eits.. mau kemana cantik," ucap Caka, memegangi tangan kiri gadis itu agar tak pergi. Sedangkan Awan memegang sebelah kanan. Membuat Inara tak bisa banyak bergerak karena berada diantara dua lelaki itu.
"Heh! Lepas!"
"Mereka gak akan lepasin lo sebelum lo jadi babu gue."