“Yuhuu, gue berangkat guys. Pasti kalian pada kangen gue kan?” tanya Ana dengan semangatnya.
“GEER,” sentak murid-murid di kelas.
“Ih kok jahat sih sama gue, ya udah deh mending gue pulang aja ke rumah,” balas Ana penuh dramatis.
Ana pun membalikan badan dan berjalan keluar kelas. Berharap ada seseorang yang menahannya, dan harapan Ana kali ini menjadi kenyataan. Ada seseorang yang menahan pergelangan tangan Ana membuat Ana sontak menoleh ke belakang.
“Gue, gue yang kangen sama lo,” ucap Alvino sambil tersenyum.
“So sweet banget sih,” ucap seorang murid.
Ana masih menatap tangan Alvino dan wajahnya bergantian. Dirinya dibuat bingung dengan sikap Alvino akhir-akhir ini yang selalu membuat jantung Ana tersiksa.
“Ih kan gue nggak ngarepin lo kangen sama gue, kemaren aja ketemu,” ucap Ana malas.
“Ciee yang diem-diem ketemuan,” ledek Bhara.
“Nggak ketemuan, cuman dia jengukin gue sakit udah gitu aja.”
“Ya in yang bentar lagi mau jadian,” ucap Cindy penuh semangat.
“Lo sih!” sentak Ana kesal.
“Salah gue apa?” tanya Alvino dengan polosnya.
“Bodo ah,” Ana menyentakan kakinya menuju ke tempat duduk.
Alvino dengan muka polosnya itu masih bingung kenapa Ana menyalahkan dirinya. Alvino pun duduk di bangkunya yang memang berada di samping Ana.
“Tasya, gue salah apa?” tanya Alvino yang membuat Ana geram.
“Al, tangan gue gatel banget sumpah pengin nimpuk muka lo,” ucap Ana penuh dengan kekesalan.
“Jangan, ntar muka gue yang tampannya nggak habis tujuh turunan bonyok dong.”
“Dasar plagiat!”
“Loh gue salah lagi?”
“Sumpah Al kalo saja bunuh itu nggak dosa gue udah lemparin lo ke kandang harimau.”
“Sadis Sya sumpah, lo tega sama gue?”
“Tega aja,” balas Ana singkat lalu mulai berkutik membaca novel yang baru beli beberappa hari lalu.
“Sya.”
“Diem! Gue lagi baca novel nggak usah diganggu.”
“Iya deh,” balas Alvino lesu.
“Sabar bro, Ana emang gitu orangnya,” ucap Reza menepuk bahu Alvino.
Pelajaran pertama dimulai dengan tenang, karena apa? Karena jam pertama dimulai dengan pelajaran biologi, tau lah kalian bab apa yang paling jadi favorit di biologi. Bhara yang biasanya tidur kini mendengarkan pelajaran dengan serius.
Lain halnya Alvino, dia terus-terusan menoleh ke arah Ana. Alvino merasa bersalah kepada Ana karena tadi pagi sudah membuatnya marah.
“Sya, gue minta maaf,” ucap Alvino berbisik.
Tapi, Ana tak menghiraukan bisikan dari Alvino. Dia lebih memilih untuk mencatat hal-hal penting yang Guru katakan.
“Sya ntar pulang bareng gue, gue mau mampir ke rumah lo. Soalnya Mamah nitip salam buat Tante Elina.”
“Hm,” balas Ana singkat.
“Ntar pulang sekolah mau mampir ke wisata kuliner dulu nggak? Kayaknya sih hari ini baru buka,” ucap Alvino yang langsung membuat mata Ana berbinar.
“Kuliner? Makanan dong ashiap lah ntar ya,” ucap Ana yang membuat Guru mendengarnya.
“Anastasya!”
“Iya Bu maaf, tadi ada kecoa,” alibi Ana.
Untung saja Ana tidak disuruh keliling lapangan, seandainya saja iya pasti Ana akan terkapar pingsan karena daya tahan tubuhnya kurang vit.
***
“Rame banget Al,” rengek Ana ketika turun dari motor.
“Ya namanya juga kayakgini pasti rame lah, apalagi ini hari pertama. Ya udah ayuk masuk,” Alvino pun jalan terlebih dulu lalu diikuti oleh Ana.