POST-WAR

Andika purnomo
Chapter #5

Keindahan dan Tantangan Gunung

Malamnya mereka berencana untuk menaiki gunung yang berada dekat dengan rumah Dimas. Mereka berencana untuk melihat sang Surya di esok paginya. Dimas mengejek kedua tamunya apakah keduanya sebagai anak kota sanggup mendaki gunung.

"Kakak terlalu meremehkan saya sebagai seorang perempuan serta Tuan Antonie. Saya rasa fisik kami berdua tak selemah seperti yang dipikirkan kakak," kata Nissa membalas ejekan Dimas.

--

Di pos penjagaan pertama Gunung Penanggungan, Dimas mendaftarkan romobongan mereka sembari petugas jaga meminta nomor kontak yang bisa dihubungi pada setiap masing-masing dari mereka. Dimas bercerita, Gunung Penanggungan tak seberapa tinggi dan bisa ditempuh hanya dalam beberapa jam saja. kira-kira sekitar 3-4 jam saja. Meski tidak sampai 2000 mdpl ketinggianya, namun jalan untuk menuju puncak sangat menguras tenaga." ujar Dimas.

Ketiganya memutuskan untuk berangkat saat jam 9 Malam dengan asumsi mereka dapat mencapai puncak jam 12 atau jam 1 Malam. Sebelum berangkat, ketiganya bersantai sembari menyeruput kopi dan teh yang dihidangkan oleh salah satu pemilik warung yang ada di pos 1.

Dimas bertanya pada kedua tamunya, "Ada yang pernah naik gunung?" tanya Dimas. Antonie Bilang pernah ketika dirinya masih mengikuti latihan Militer beberapa tahun yang lalu. Namun demikian, Antonie juga mengakui fisiknya tak setangguh dulu. Saat ini, banyak waktu yang ia habiskan untuk bisnisnya dan sedikit waktu untuk berolahraga. Sebaliknya bagi Nissa tiap hari adalah olahraga, ia bekerja sambil belajar. Jadi, kemampuan fisiknya di atas rata-rata perempuan lainnya. Namun demikian, ia tidak pernah naik gunung sebelumnya. Ia paham alam memberikan tantangan yang berbeda. Jadi, ia tidak akan meremehkan rintangan alam.

Ketika waktu tepat menunjukan pukul 9 Malam, ketiganya ulai melakukan pendakian. Nissa Sangat antusias dengan pendakian pertamanya. Baginyaa hal ini adalah pengalaman baru. Pos pertama hingga pos ke 2 dilalui dengan cukup mudah oleh mereka bertiga. Kemudian Dimas memutuskan untuk menambah perbekalan seperti air minum dan lainnya.

"Tidak ada sumber mata air selama di perjalanan hingga puncak. Jadi lebih baik aku menambah perbekalan air mumpung di pos dua ini masih ada warung." kata Dimas menerangkan. Baik Antonie maupun Nissa menyetujui usulan Dimas yang punya pengalaman menaiki gunung yang sedang mereka jelajahi tersebut.

Jalan Semakin menanjak ketika perjalanan menaiki pos tiga. Jalan yang semakin terjal menambah kesulitan bagi Nissa. Nafasnya mulai tersengal. Meski demikian senyum masih tampak di antara bibir manisnya.

Baik Dimas dan Antonie memeriksa raut muka gadis yang bersama mereka secara bergantian. Pada titik ini baik Antonie maupun Dimas akan membuat persetujuan dengan isyarat agar mereka berhenti sejenak untuk memberikan Nisaa waktu beristirahat.

Setelah 2 jam perjalanan Dimas yang melihat Nissa kepayahan memutuskan untuk berhenti sebentar. Ia membuka tas cariernya menyiapkan nesting untuk memasak air.

"Mas Antonie, mau kopi atau teh?" kata Dimas menawarkan.

"Kopi saja Dek. gulanya sedikit... biar mata ini terjaga..." kata Antonie.

"Kalo Nisaa teh yaa?" lanjut Dimas.

"Yup betul kak.... Biar Nissa bantuin yak..." kata nisa sambil menyiapkan teh dan kopi sementara Dimas menyalakan nesting serta menuangkan air mineral untuk dimasak. Hawa dingin yang cukup menusuk kulit serta kegelapan yang pekat menyelimuti ketiganya.

Nissa cukup ngeri. Yang terlihat olah mata telanjangnya hanya kegelapan dan daun-daun pohon yang menutupi pemandangan. Senter yg terpasang adalah satu-satunya cahaya penunjang dalam pekatnya perjalanan. Nissa merinding membayangkan dirinya menapaki jalan gunung tanpa pencahayaan.

Meski demikian kesunyian dan melodi hutan membuatnya merasa cukup nyaman. Dibanding pekatnya kehidupan perkotaan dan suara bising kendaraan lalu-lalang. Sembari menyeruput teh yang hangat ia mendengarkan suara jangkrik yang mengerik. Kadang kala suara monyet atau daun-daun yg bergesekan terterpa angin. Sekali lagi dalam hati Nissa cukup menikmatinya. Namun, ia takan sudi menikmati alam sendirian di antara kegelapan hutan ia membayangkan kengerian yang terpampang. Cukuplah ia nikmati ini bersama teman sependakian.

Beberapa saat kemudian, beberapa pendaki menegur. Salam pada kami yang masih menikmati jamuan hangat dari kehidupan modern yang kami bawa ke alam. Antonie dan Dimas membalas dengan menganguk sembari membalas salam. Nissa melemparkan senyuman hangat pada mereka yang menyapanya.

Setelah kejadian tersebut beberapa Dari pendaki tersebut bercanda sembari terus berjalan bahwa mereka rela pindah grub pendakian setelah melihat Nissa yang menyapa dengan Senyum yang ramah. Yang menurut Atonie Maupun Dimas sendiri merupankan Senyum Manis yang memabukkan. Saat keduanya melirik Nissa yang balas menyapa.

"Ahhh bro boleh pindah grub gag saat ini juga. Aku mau gabung grub yang ada mbak manisnya itu. Grub ini gag Ada Pemandangannya bro" kata Salah Satu grub pendaki tersebut. " Aku juga mau" kata yang lain menimpali. Grub tersebut terus ribut dan bersenda gurau sambil terus melanjutkan perjalanan. Bahkan setelah rombongan tersebut tak lagi kelihatan tertelan pekatnya kegelapan. Grub yang dipimpin Dimas tersebut masih mendengar suara mereka.

" Grub tadi rame banget ya Kak" kata Nissa pada Dimas. " Yah mereka Teman Satu kuliahan Mungkin makanya akrab" Kata Dimas menjawab. " Kalau Tuan gimana sama temen-temanya dulu waktu Kuliah" Tanya Nissa pada tuanya. " Cukup menyenangkat jawab Antonie" singkat.

Antonie cukup malas mengingat masa kuliahnya. Terlebih ada mantannya yang berselingkuh dengan sahabatnya. Hingga ia masuk ke dunia Militer yang Membuatnya Sangat menyesal. Tindakan bodohnya membuat ia Harus merasakan hal yang mengerikkan dalam hidup peperangan bunuh dan Membunuh.

Antonie hanya inggin membuang banyak hal dimasalalu. Ia tidak ingin mencari kambing-hitam atas perbuatan bodohnya. Maka dari itu jugalah ia tak inggin mengingat masalalunya. Salah-salah ia Cuman mengalahkan orang lain.

Mendengar jawaban singkat tersebut baik Nissa Maupun Dimas sepakat untuk Tidak melanjutkan obrolan Soal masa-masa kuliah Antonie. Ketiganyapun menyeruput dengan tenang minuman hangat yang ada ditangan sembari menikmati desiran angin yang membelai Lembut kulit mereka, menusuk diantara pori-pori.

Selesai beristirahat selama beberapa menit Dimaspun menanyakan apakah mereka telah siap untuk melanjutkan perjalanan kembali. Baik Antonie Maupun Nissapun menganguk Tanda menyetujui pertanyan Dimas.

Beberapa menit setelah perjalan hembusan nafas yang cukup berat mulai tampak pada Dimas dan Nissa Maklum Perjalanan Semakin menanjak. Peluh keringat Ketiganya cepat tersapu olah angin Dingin. Dimas menoleh melihat keaadaan Nissa memberi isyarat Bahwa pos ke 4 sudah dekat Dan Sebaiknya mereka berhenti sejenak diasana saja. Dan meminta Nisaa untuk bersabar sejenak. Nissa pun menganguk tanda menyetujui.

Namun demikian, ia cukup heran dengan stamina yang dimiliki Oleh bos Ayahnya. Antonie memang tampak lelah terlihat Dari raut mukanya. Namun tampaknya rasa letih Antonie Tidak seletih Dia Maupun Nissa. Ia memang pernah Mendengar bahwasanya Antonie pernah mengikuti militer namun haltersebut telah berlalu beberapa tahun yang lalu. Bagaimana bisa fisiknya masih begitu tangguh.

Beberapa menit kemudian ketiganya telah sampai di pos empat. Dimas tampak capek sambil mengucap peluh yang menetes di dahinya, Nissa Setali Tiga uang, bahkan nafasnya tampak berat meski demikian, takhenti-hentinnya Ia tersenyum menikmati perjalanan.

Sedangkan Dimas yang penasaran melihat kembali ke Muka Antonie. Di dahinya tampak Peluh keringat nafasnya terengah Namun TAk terlihat berat juga. Dimas sungguh kaagum dengan ketahann fisik Orang-orang yang pernah masuk Militer. Gemblengan keras telah dilakukan tiap hari bukankan isapan jempol Belaka. Tampaklah kini perbedaan kekuatan fisik antara Warga sipildan militer saat ini. Dimas yang penasaranpun menanyakannya pada Antonie.

" Itu karena Yahh q setiap Hari Aku berlali paling sedikit 30 menit" Jawab Antonie. Kemudian ia melanjutkan kembali." Kadang-kadang kamu merasa Sulit tidur. Namun demikian jika kamu merasa Sangat lelah. Kamu akan lebih cepat tidur. Makanya hampir setiap hari aku berlari. Oleh karenanya kekuatan fisikku walau jelas telah menurun tapi masih Tetap tangguh" jelasnya. Barulah Dimas mengerti mengapa Antonie Punya stamina yang kuat.

Ketiganya berhenti untuk beberapa menit sembari memulihkan stamina yang cukup terkuras. Air mineralpun diteguk ketiganya untuk mengusir dahaga. Setelah dirasa cukup beristirahat Ketiganyapun bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

Jalanan yang mereka tempuh Semakin berat. Jalan dakian Semakin terjal. Batu-batuan Serta Lumpur yang cukup becek cukup menganggu perjalanan. Nampaknya sehari sebelumnya penangungan telah diguyur hujan sehingga Jalan setapak menuju pendakian Semakin berat lantaran jalananan menjadi licin.

Dari sini Antoniepun juga tampak kesulitan menurut pandangan dimas. Sesekali mereka harus berpegangan pada Batuan ataupun Suar-suar pohon dari akar-akar yang menjuntai diantara Samping Jalan tanjakan. Akar-akar tersebut tertanam kokoh pada tanah yang menjadi pembatas antara Jalan tanjakan Serta hutan.

Tanjakan Penanggungan terutama pos 4 memeliki tanah yang Tidak rata. Jadi pinjakan pendaki Harus terus berubah menyesuaikan kontur tanah. Selain Harus menyesuaikan kondisi kontur tanah mereka juga extra hati2 pada kondisi tanah yang licin. Sebab jika mereka tergelincir atau jatuh, Akan berakibat pada cedera yang cukup parah. Batuan-batuan yg ada pada Tanjakan pasti Jadi penyebab utama cedera.

Nissa menemukan tempat menarik ketika berhenti sejenak. Ia melihat dibawahnya banyak Lampu desa sekitar penanggungan yang gemerlapan diantara kegelapan. Pemandangan tersebut sungguh indah. Bagaikan Kilau gemerlap Permata diantara gelab. 

Lihat selengkapnya