" Jadi Pak Malik. Kamu telah menemukannya. Menemukan jejak-jejak mereka, sekarang kamu berniat memburu mereka satu-per satu? " Tanya salah satu angota. Malik menganguk dengan serius Ia menatap wanita paruh baya tersebut. Angota lainya mempunyai umur yang berbeda-beda. Ada anak laki-laki yang usianya belum genap duapuluh. Perempuan berdandan menor usia 25 tahunan. Laki-laki berumur 40 han dan beberapa Orang lainya. Mereka semua duduk-duduk ditaman tanpa mengundang perhatian. Meraka menjelma seolah-olah keluarga besar yang sedang menikmati udara sejuk Taman.
Kenapa ditaman kenapa tidak di cafe atau tempat lainya. Hal tersebut adalah saran dari beberapa angota yang pintar sebelum bertemu bahkan diantaranya memastikan apakah ada CCTV pemantau disekitar taman. Jika taman tersebut sedikit kamera pemantau maka akan lebih baik.
Oleh Karena itu, mereka memilih tempat umum yang Jarang ada kamera pengawasnya. Agar sedikit pula informasi pribadi yang terkuak. Untuk jaga-jaga bilamana organisasi tersebut terendus pihak yang berwajib. Bilamana ada angotanya yang tertangkap. Bahkan komunitas tersebut dipermukaan memiliki angota yang jumlahnya tak main-main dimedia social. Kemudian angota intinya akan menyaring lagi angotanya untuk hal-hal khusus seperti kejadian Malik.
Komunitas atau organisasi tersebut tersusun rapi dan memiliki angota hampir diseluruh Dunia. Dengan keahliah yang berbeda-beda Jadi mereka dapat melakukan banyak hal. Bahkan menutupi dinding Percakapan mereka dalam batas-batas tertentu agar tidak dapat diretas oleh pihak tertentu. Gilanya meraka juga mempunyai sumber dana hasil dari patungan Komunitas sesuai kemampuan financial individual masing-masing angota.
" Kamu akan membalaskannya Benar? " Tanya Perempuan dengan dandanan menor pada Malik. Malik menganguk dengan pasti. Perempuan tersebut tersenyum. " Jadi kami sebagai wakil dari Komunitas akan membantu Pak Malik dengan apapun yang kita miliki" tutup pria paruh baya.
Malamnya Malik kembali kerumahnya. Ia sedang melihat sang istri dan Putrinya sedang bersiap untuk sholat Isyak. Malik meminta Aisah menunggu beberapa menit sebelum sholat. Beberapa menit kemudian Malik datang dengan bekas air wudhu di kulitnya. Aisah yang melihat hal tersebut meneteskan air matanya. Sudah sekian lama Ia tidak melihat Malik sholat.
Aisah tak kuasa dan berurai air mata. Namun Malik bilang untuk segera sholat. Malik maju kedepan untuk menjadi iman bagi Istri dan Putrinya. Aisah tak tahu mengapa suaminya berubah 180 derajat. Namun yang pasti Ia sangat bersyukur atas kejadian ini. Doa-doanya terdengar dan terkabul perlahan. Malam Itu keluarga itu beribadah dengan khidmad. Malik merasa seperti hidup kembali dalam artian lain setelah sekian lama. Ia saat ini Ingat nikmat beribadah. Entah hal bodoh apa yang membuat dirinya lupa.
Setelah selesai sholat Malik berputar ke arah Istrinya tanganya mengenggam tangan Istrinya. Malik kemudian memohon maaf dengan segala hal yang dirasakan Aisah. Ia memohon maaf telah menjadi suami yang kasar serta Ayah yang tidak baik. Aisah meneteskan air mata haru. Malik menyeka air mata tersebut.Dalam hati Malik berkata bagaimana ia dapat melukai Perempuan secantik dan sebaik Istrinya.
Budaya bebas telah merusak Malik hingga ke akarnya. Bermula dari hanya ingin melupakan kesedihanya dengan Alkohol dan menjalar ke hal-hal lain seperti seks bebas dan sebagainya. Akhlaknya rusak perlahan membusuk seperti akar pohon, yang rusak serta hancur dan tak mampu lagi menahan berat pohon.
Setelah sholat tersebut mereka makan malam dengan riang dan senyuman merekah tak henti-hentinya diwajah Aisah. Aisah berfikir kebahagiannya akan dimulai lagi. Setelah tahun-tahun penuh duka dan kesedihan. Ia akan melihat secercik harapan.
Malamnya, setelah sang Putri tertidur Malik menggendong sang Istri ke kamar yang lain. Aisah hanya tersenyum malu Karena hal ini. Tidak seperti sebelumnya, ketika Aisah seperti terpaksa melayani sang Suami. Malik kini memperlakukan Istrinya dengan Lembut. Seakan-akan Istrinya akan pecah seperti gelas jika tidak diperlakukan dengan baik.
Setelah meletakkan Istrinya ditempat tidur. Ia menunggu Istrinya melepaskan pakaianya sendiri. Selama ini, Malik sangat kasar sehingga ia memaksakan keinginannya Hingga melucuti pakaianya istrinya sendiri saat akan berhubungan. Namun kali ini berbeda ia menunggu. Aisah sendiri kebingungan jika biasanya suaminya yang akan banyak mengambil peran.
Saat ini, suaminya hanya berdiam diri saja. Aisahpun yang tahu keinginan Suami melepaskan perlahan kain demi kain yang membalut tubuh indahnya. Setelalah terbuka semuanya sang suami kemudian menyentuh pipi Aisah menciuminya dari bibir tengkuk belakang telinga pipinya serta kening Aisah. Malik pun melanjutkan menjelajahi dan menciumi bagian tubuh lain dari sang istri. Malam Itu menjadi indah untuk Kedua Pasang suami-istri tersebut. Aisah merasakan perasaan yang berbeda. Perasaan gembira untuk pertama kalinya saat melakukan hubungan badan. Sehingga Aisahlah yang saat itu banyak mengambil peran.
Ketika telah selesai Malik menggoda sang Istri. Bahwa sang Istri sangat imut ketika mengambil peran dominan. Aisah malu dan kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tanganya. Lain Kali Ia akan membiarkan Aisah mengambil lagi perandominan. Malik senang kali ini melihat sisi lain dari istrinya. Ia bersyukur telah berubah.
Hari-hari kebahagian tersebut berlanjut. Malik telah mendapat pekerjaan dari kenalanya. Setiap sampai rumah selapas bekerja. Malik selalu mencium kening sang istri. Begitu pula ketika akan berangkat bekerja. Ketika pulang, Ia bahagia sekali melihat Istri maupun Putri mereka. Malik menjadi semakin perhatian terhadap Istrinya. Begitu pula dengan Aisah. Rasa cinta mulai tumbuh dalam dirinya.
Suatu ketika, saat Aisah sedang membersihkan rumah. Tepatnya dikamar Cristian. Ia melihat foto lamanya bersama Cristian diatas meja. Ia tak mengerti mengapa sangsuami tidak membuang atau menyimpan foto tersebut. Sang suami hanya membiarkanya saja diatas meja. Aisah kemudian mengambil foto tersebut tersenyum kecil, kemudian kembali meletakkannya terbalik agar supaya gambar dirinya bersama Cristian tidak terlihat.
Aisah sedang jatuh cinta pada suaminya. Suami yang ia nikahi karena terpaksa. Namun saat ini benih-benih cinta telah tumbuh perlahan didadanya. Tak ada waktu untuk memikirkan masalalu. Ia harus berfokus memikirkan masa depan. Maka dari itu, foto tersebut tidak berarti apa-apa baginya. Foto tersebut cuma kenangan lama.
Suatu ketika setelah beberapa bulan damai. Sang suami memberitahu bahwa ia akan dipelindah tugaskan oleh restoran yang mempekerjakannya. Ia akan meninggalkan Aisah bersama sang Putri dalam jangka waktu yang belum ditentukan.
" Mungkin selama beberapa minggu atau bulan. Yang jelas aku belum tahu untuk berapa lama" kata Malik pada Aisah. " Bagaimana kalau berhenti saja dari pekerjaan ini dan cari pekerjaan baru" Kata Aisah. " lagi pula tunjangan yang kita dapat lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari" Lanjutannya.
" Aku tak ingin mengambil uang tersebut sembarangan. Kecuali jika kita terdesak dan sangat membutuhkan. Uang tersebut bisa menjadi tabungan untuk hal-hal lainya" kata Malik meyakinkan. " Sejujurnya aku hanya tidak ingin kita berpisah begitu lama" Kata Aisah dengan air mata hangat tampak tergenang.
Malik yang mendengar hal tersebutpun tersentuh hatinya bergetar. Malik sekarang merasakan cinta yang tulus dari sang Istri. Bukan lagi keterpaksaan yang dipaksakannya. Matanya penuh dengan rasa kasih sayang dan cinta pada Istri serta Putrinya.