Sedari kelopak mataku terbuka hari ini, serdadu air langit sudah menghujani hijaunya rerumpun ilalang di halaman rumah, mengecup pucuk-pucuk mawar yang memerah rindu. “Serdadu”- ya, aku suka menyebutnya begitu, ia adalah pasukan yang dikirimkan untuk memenuhi tugasnya, membuat keajaiban. Dan aku menyukai caranya melukis keajaiban. Bukankah ajaib? Saat hujan, kau bisa merasakan berbagai rasa menjadi satu kesatuan yang menenangkan.
Hujan di pagi nan magis seperti ini tidak akan membuatku menarik selimut ke ujung rambut, untuk apa aku melakukannya? Rindu pada hujan membuatku mampu menghapus kantuk yang luar biasa akibat lembur semalaman. Aku terlalu rindu pada serpihan rasaku yang menyapa di luar jendela. Ini seperti hadiah di pagi hari, kubuka jendela untuk menghirup aroma yang lama tidak menyapa. Aroma langkah hujan yang akan membawaku pada potongan-potongan kisah hujan. Entah mengapa hujan hampir selalu mampu membantuku membeningkan fikirku dan bahkan bernostalgia. Seperti saat ini. Bernostalgia, pada lukisan kisahku, kamu, kita.
-----