“Cepet Ndy! Cerita!” teriak Tia lagi.
Kaka dan Dion tampak gelisah dan serba salah.
“Ndy, lihat Aji! Dia udah keabisan nafas! Ada apa di persami? Ceritain!!” berang Tia melotot pada Windy yang masih terus menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mau membuka mulutnya karena bingung. Si topeng badut makin bertepuk tangan senang. Jemari Aji gemetar hebat setelah sebelumnya tubuhnya mengalami kejang-kejang. Wajahnya sudah putih tak ada darah yang mengalir.
“Ndy! Ngomong Ndy! Ada apa di persami?!” bentak Tia.
“Gue selingkuh sama Aji!!!” pekik Windy akhirnya karena didesak lalu dadanya naik turun.
Tia terdiam dengan mulutnya terbuka lebar tak menyangka akan mendapat jawaban yang sama sekali tidak terlintas dalam benaknya. Dion dan Kaka menunduk. Si topeng badut terdiam lalu meletakkan kedua telapak tangannya di pipi, seakan terkejut juga. Plastik di kepala Aji dikendurkan. Wajah Aji perlahan kembali memerah.
“A … apa? Beneran?” lirih Tia tak percaya.
Windy mengangguk bercampur gemetar. Dari ujung matanya menetes air mata. “Gue sama Aji khilaf … maafin gue Ti,” mohon Windy. “Lo ‘kan temen gue Ndy … Aji masih pacar gue waktu itu Ndy dan gue juga lagi sakit waktu itu … gila lo ya,” desis Tia termangu.
Aji yang ingin ikut bicara tak bisa karena mulutnya terhalang lakban, hanya bisa menggerakkan tangannya saja memberi tanda bahwa ia menyesal. Tia menatap Aji lalu Windy kemudian menggelengkan kepala bergumam, “Teganya kalian ….” Si topeng badut geleng-geleng seakan ikut prihatin dengan apa yang menimpa Tia.
“Dan kalian … Ka, Yon … ga ngomong sama gue, padahal kalian tau … teman macam apa kalian semua ini?” ucap Tia pelan dengan tatapan nanar. “Posisi kita serba salah waktu itu Ti … lo temen kita, Aji dan Windy juga temen kita … kita harus gimana bingung, akhirnya kita milih diam,” jelas Kaka. “Betul itu Ti … tapi mereka ga lanjut kok, setelah persami, setau gue mereka putus karena mereka tau yang mereka lakuin salah dan bakal nyakitin lo,” tambah Dion, “betul ‘kan Ndy?” Windy mengangguk membenarkan kalimat Dion.
“Tapi perselingkuhan adalah perselingkuhan, mau sebentar atau lama,” lirih Tia.
Si topeng badut melambai-lambaikan tangannya di layar monitornya seakan meminta perhatian mereka semua lagi. Semua menatap si topeng badut. Si topeng badut itu pun bergoyang riang. “Senang sudah menghancurkan persahabatan kami hah?! Mau lo apa sih? Tunjukkin muka lo, alamat lo, gue akan datang dan gue habisi lo!” geram Dion.