Prahara di Langit Borneo

Raida Hasan
Chapter #32

Epilog

Di penghujung sore, debu hitam beterbangan dari pengangkut truk-truk batu bara. Lengkingan klakson terus menggema. Struktur jalan yang rusak membuat keadaan semakin semrawut. Ia duduk bersama dengan seorang pria berseragam formal, asisten pribadi pamannya. Dipandanginya jalan yang kian sempit dan polusi di mana-mana. Dari arah seberang, sebuah mobil nyaris menabrak seorang perempuan yang berusaha menghentikan kendaraan di depan.

Perempuan berwajah rembulan, dengan rambut hitam mayang tergerai. Berkulit putih pucat dan tatapan penuh kasih. Memunguti buah ramania yang berceceran dan sebagian lagi menggelinding ke tengah jalan. Satu persatu buah itu dimasukkan ke keranjang sepeda. Senyumnya begitu manis dan memesona.

Perempuan itu, membuat hari pertamanya di sebuah pulau terdalam seketika bercahaya. Setelah peristiwa itu, setiap hari pula ia kembali ke jalan yang sama untuk mencarinya, tapi selalu gagal. Saat harapannya mulai pupus, mereka bertemu. Dekat, dan sangat dekat. Bahkan ia bisa menatapnya, membaui aroma, dan menggenggang jemarinya erat. Seketika hatinya tertambat. Perempuan itu berhasil menutup luka-luka yang masih menyayat pada hidupnya yang pekat.

Lalu keadaan seakan tak berpihak untuk mereka terus bersama. Ia harus pergi, meninggalkan separuh jiwanya. Hari terakhir saat melihatnya, adalah luka terbesar yang pernah ia torehkan untuk dirinya sendiri dan gadis itu.

Pesawat pribadi baru saja tiba di bandara Internasional. “Paman, aku harus kembali,” Dia berucap begitu dalam. Seribu penyesalan seakan menggerogoti hatinya.

“Kita baru saja tiba,” sergah sang paman.

“Kami akan menghadapinya bersama, Paman. Aku harus kembaliii!!!” Ia tiba-tiba histeris.

“Cukup!!! Cukup, Biarkan dia hidup tenang. Kau akan membahayakan gadis itu bila terus bersamanya!” ucap sang paman lagi mencengkram lengannya kuat. Namun, laki-laki berwajah porselin itu terus berontak, mengamuk bak singa. Ia membanting semua perkakas apa pun yang terlihat. Tiga orang berbadan besar dan seorang dokter berusaha mengunci tubuhnya, dan memberikan injeksi penenang.

Lihat selengkapnya