Blurb
Sesosok lelaki sepuh menyibak tirai jendela. Dari atas bangunan nan tinggi menjulang, ia bisa melihat kerumunan massa merangsek memenuhi jalanan kota. Asap membumbung tinggi disertai pengrusakan fasilitas umum. Pertokoan yang berjejer disepanjang jalan terlihat meranggas, menyisakan warna hitam dan bau hangus terbakar. Mobil-mobil dijalanan pun tak luput dari amuk massa. Sudah sepekan lebih kerusuhan ini terjadi dan semakin lama situasi makin tak terkendali.
Nun jauh dipelosok negeri, seorang bocah berusia 9 tahun duduk didepan televisi hitam putih berukuran 14 inci, matanya nyalang melihat kerusuhan yang terjadi. Bagaimana mungkin tokoh yang diidolakannya sejak lama kini hendak diturunkan beramai-ramai oleh rakyatnya sendiri. Dan yang paling mencemaskannya adalah bagaimana nasib kakaknya yang tengah menuntut ilmu di ibukota, apakah dia turut bergabung bersama para mahasisiwa yang berhasil menduduki gedung DPR/MPR. Bagaimana jika kakak satu-satunya yang dimilikinya menjadi bagian dari korban kerusuhan Mei 1998.