“Cass, please listen to me! Itu semua tidak benar. Aku tahu apa yang kurasakan. Aku tahu perasaan ini benar-benar nyata! Aku mohon sayangku, percayalah padaku! Aku sungguh mencintaimu dari hati yang paling dalam.”
Pria itu meraung tak terkendali. Memohon sambil berlinang air mata, hingga membuat wajahnya berubah kemerahan.
Ia tidak terlihat seperti pria gagah tampan seperti biasanya. Tingkahnya berubah dari seseorang yang melompat-lompat kegirangan, menjadi seperti anak kecil yang kesal karena kehilangan mainan.
Cassandra menatap pria itu dengan lekat. Ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Satu hal yang ia tahu, walaupun hatinya merasa terluka, keputusannya sudah final. Ia tidak ingin kembali padanya. Cassandra sudah lelah, ia hanya ingin keluar dari jerat hubungan yang tidak sehat ini.
“Maaf Henry, tapi inilah keputusanku. Aku tidak akan kembali padamu, tidak lagi. A-aku … sudah lelah, a-aku muak dengan semua hal tentang kita.”
“Kamu tidak bisa melakukan itu padaku, Cass! Setelah semua perjuangan yang kulakukan, Setelah semua pengorbanan yang kurelakan untukmu, aku tidak terima jika kamu mencampakkanku begitu saja! Kamu tidak bisa meninggalkanku seperti ini! Aku bersumpah, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkanmu kembali. Sadarlah, Cass! Tempat terbaikmu adalah berada di sisiku.”
“Pulanglah Henry, malam sudah larut! Aku sudah lelah dengan masalah ini. Dengan kamu, Melissa, dan semuanya. Apapun yang kamu katakan, tidak akan membuatku mengubah keputusanku ini. Jadi kumohon, jalani hidupmu dengan baik, dan … lupakan aku!”
“T-tidak! Aku tidak mau! Kumohon sayang, jangan lakukan ini padaku,” pinta pria itu dengan sepenuh hati. Harga dirinya hilang, air matanya bercucuran hingga menyamarkan ketampanan wajahnya.
“Kumohon Cass … dengan apa lagi aku harus membuktikan perasaanku padamu? Aku rela melakukan apapun untukmu, Cassandra Nasution. Katakan … berapa banyak lagi mawar merah yang harus kukirimkan padamu?
Seratus? Dua ratus? Sejuta? Dua juta? Katakan padaku apa yang kamu inginkan? Harus berapa banyak lagi bukti yang harus kuberikan, agar kamu percaya jika aku sungguh mencintaimu?”
Cassandra menggelengkan kepala. Ia tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja didengarnya. Tidakkah pria ini menyadari, jika ia tidak pernah menginginkan semua itu darinya. Ia hanya mendambakan ketenangan di hidupnya yang kacau, itu saja.
“Henry, kamu tidak perlu melakukan semua itu. Aku tidak menginginkan apapun darimu. Tidak, bunga, juga bukan benda lainnya. Aku hanya ingin kamu menyadari, jika hubungan kita sudah usai sejak lama. Tidak seharusnya kita berputar-putar. Kembali ke titik yang sama lagi dan lagi, hingga membuatku sesak.”
“Aku tidak peduli, Cass. Sejauh apapun itu, aku akan selalu kembali padamu. Aku sungguh mencintaimu, Cassandra!”
“Kamu tidak mencintaiku, Henry! Kamu hanya terobsesi denganku. Bagaimana mungkin seseorang yang lidahnya mengatakan cinta, tetapi akalnya tidak pernah memikirkan hal terbaik untuk orang yang dicintainya? Oh Henry, tidakkah kamu ingat apa yang baru saja kamu lakukan padaku? Beberapa jam yang lalu, kamu membuatku terlihat seperti orang ketiga dalam rumah tanggamu dengan Melissa. Kamu membuatku terjepit! Kamu membuat semua orang menuduhku sebagai pelakor, demi apa? Hanya demi kepentinganmu sendiri!”
“Cass, a-aku ….”
“Aku belum selesai, Henry!” potong Cassandra. Emosinya memuncak, ia tidak bisa menahan perasaannya lagi.
“Kamu menggunakan aku, untuk memanas-manasi istrimu agar dia mau menandatangani surat cerai itu! Tidakkah kamu pikirkan bagaimana perasaanku? Aku hidup dengan trauma itu, Henry! Seumur hidupku, semua orang memanggilku dengan kata-kata najis! Dan kamu … orang yang mengaku mencintaiku, kamu memasukkanku ke dalam lubang yang sama untuk hal yang TIDAK pernah kulakukan. Kamu tahu apa rasanya?”
“Maafkan aku, Cass. Aku salah, kuakui aku terlalu gegabah. A-aku salah, Cass. Aku tidak berpikir panjang. Aku… aku hanya terlalu merindukanmu. Aku ingin segera kembali ke pelukanmu. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu menderita. A-aku ….”
Henry diam, dia kehabisan kata-kata. Untuk kali ini, ia benar-benar tidak berkutik. Argumen Cassandra membuatnya tersudut. Henry mengambil nafas panjang. Ia sibuk memikirkan strategi baru. Ia perlu cara yang lebih fresh untuk meyakinkan Cassandra agar perempuan itu kembali ke pelukannya.
“Ini semua karena dia! Iya, ini karena perempuan sialan itu!” lanjut pria itu. “Jika dia tidak ada! Jika saja ular betina itu tidak muncul dalam hidupku dan menghancurkan semuanya, maka hubungan kita tidak akan menjadi seperti ini! Ya, Cass! Ini semua terjadi karena Melissa, bukan karena aku tidak mencintaimu!”
“Oh Henry!” bisik Cassandra sambil menggelengkan kepala. Ia mengenal pria ini sejak lama, Cassandra hanya tidak menyangka ia berubah menjadi menyedihkan seperti ini. “Ini bukan karena Melissa atau siapapun juga. Hubungan kita, tidak ada kaitannya dengan itu,” jawab Cassandra dengan ketegasan hati.
“Tidak, Cass. Ini semua karena wanita sialan itu. Kurasa, ini adalah akal-akalannya untuk mengadu domba kita. Ini semua karena dia!”
“Henry, apa kamu tidak ingat, apa yang sebenarnya terjadi dengan kita berdua? Apa kamu ingat, sebelum peristiwa ini terjadi, sebelum pernikahanmu, bahkan sebelum Melissa menjebakmu? Hubungan kita sudah berakhir sejak lama.”