Pramugari Berseragam Orange

Bebekz Hijau
Chapter #11

Bab 11. A Final Goodbye

Oh God, kamu lagi, kamu lagi! Ga bosen kamu nyariin aku setiap hari? ”

“Bosen? Ayolah, mana mungkin aku bosen menatap wajah wanita paling cantik di muka bumi ini?”

“Cie, cieeeee, liat tuh! Si bucin lagi ngegombal!” sahut geng cowok-cowok famous yang duduk di bangku belakang seraya tertawa terkekeh-kekeh. Mereka bersukacita meledek tingkah konyol ketua mereka yang sedang dimabuk asmara. 

Mau bagaimana lagi? Kelakuan kekanak-kanakan kumpulan geng anak-anak tampan rupawan idola satu sekolah memang seperti itu. Mereka memiliki rasa persaudaraan yang tinggi, tentu saja karena mereka memiliki satu kesamaan antara satu dengan yang lainnya. Sama-sama memiliki orang tua ‘tajir’. 

“Berapa kali harus kukatakan, Henry! Jauhi aku! Lagipula apa lagi yang kamu inginkan?”

“Ayolah Cassandra, kamu sudah tahu apa yang aku mau. Jadi, bagaimana? Apa hari ini kamu sudah berubah pikiran? Sudah bersedia jadi pacarku? Please, mau ya,” kata lelaki itu memohon dengan sepenuh hati

“Pergi sana! Jangan mempermalukan dirimu sendiri! Jawabanku hari ini masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Sekali tidak, akan tetap tidak!”

Tidak mudah bagi Cassandra untuk menerima dia. Selain karena urusan perasaan, dunia mereka benar-benar berbeda. Jika Cassandra hanya mempunyai seorang teman bernama Melissa, maka Henry punya kumpulan geng pria keren yang selalu berbaris di belakangnya layaknya boyband

Jika Cassandra pergi sekolah dengan kendaraan umum, Henry datang dengan mengendarai mobil paling keren satu sekolah. Mobil pribadi tentunya, lelaki sekelas Henry tidak pernah naik motor ke sekolah, selain Harley Davidson.

Akan tetapi, yang paling membedakan dunia mereka berdua adalah sesuatu bernama keluarga. Henry mempunyai keluarga yang utuh bahagia serta berkecukupan, sedangkan Cassandra … semua juga tahu apa yang terjadi padanya. 

“Oh ayolah, Cass! Sudah hampir seminggu ini aku memohon agar kamu bersedia jadi pacarku. Jangankan pacar, nganter pulang aja selalu ditolak. Kamu lebih memilih panas-panasan naik kendaraan umum daripada naik mobilku yang sejuk. Mau sampai kapan kamu menolakku terus?”

“Sampai kamu menyerah dan melupakan aku! Pergi sana!” kata Cassandra dengan seringai kecil di mulutnya. Ia boleh kesal dengan keras kepalanya Henry, tapi dalam hati, ia tidak bisa memungkiri jika tingkahnya sedikit menggelitik. Iya hanya sedikit, tidak banyak-banyak.

Yes!” teriak Henry kegirangan. Sudah pasti teriakan pria itu disambut riuh oleh ‘boyband’ yang berdiri di belakangnya.

Yes? Hah? Beneran? Si bucin diterima?” bisik mereka yang tidak terdengar seperti bisikan karena kehebohannya melebihi kegaduhan konser pensi.  

Yes untuk apa? Kamu budek?” sahut Cassandra tidak terima. Apa laki-laki ini sudah mulai gila? Apa dia tidak dengar bila Cassandra menolaknya? “Henry, aku tidak mau jadi pacarmu! Jadi, ga usah sok dan bertingkah yang aneh-aneh!” lanjutnya kesal. 

Siapa yang tidak kesal? Sudah hampir seminggu, dia menjadi bulan-bulanan satu sekolah karena pria menyebalkan itu. Sejak Henry berlutut dan menyatakan cinta di halaman sekolah, hidupnya berubah. Dari cicak yang keberadaannya tak pernah dianggap dan selalu dibully setiap kali muncul, menjadi dinosaurus di Jurrasic Park yang auman kecilnya saja mengundang tepuk tangan.

Cassandra akui, ia mendapat keuntungan dari peristiwa ini. Kini ia jadi populer di kalangan murid-murid pria, walaupun kelompok cewek sok cantik jadi lebih giat membullynya. Mereka semakin rajin mengintimidasi, karena tidak rela jika idola mereka mengejar perempuan seperti dia.

Yes, karena hari ini aku sangat gembira. Bukankah baru saja kamu tersenyum padaku? Cass, ini adalah kemajuan hebat yang harus dirayakan, setelah kemarin-kemarin kamu hanya memberikan wajah super jutek padaku.”

“Jutek?” pekik perempuan itu tidak terima.

“Eits, jangan salah paham. Aku menyukai kamu apa adanya. Bagiku, kamu cantik walaupun sedang marah sekalipun. Tetapi… jika boleh memilih, aku lebih suka melihatmu tersenyum. Sunggingan di pipimu barusan terlihat manis, dan memesona!”

“Berisik Henry! Cepat pergi!” jawab Cassandra tidak nyaman. Otaknya bekerja dengan sangat cepat. Ia benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa, terutama pada situasi seperti ini. Perempuan itu sudah terlatih dihina orang sejak kecil, tapi kalau dipuji? Entahlah ….

“Ok sayang, jika itu kemauanmu, aku siap melaksanakannya. Tapi ingat, besok aku akan mencarimu lagi dan lagi. Aku memang belum mendapatkanmu hari ini, tapi tenang saja, masih ada hari-hari berikutnya. Aku tidak akan menyerah, sampai kamu menerima perasaanku.”

Itulah Henry Gunawan. Pria yang dikenal Cassandra sejak SMA dulu. Selain fisik dan latar belakangnya, pria itu terkenal dengan sifatnya yang tidak mudah menyerah. Dia gigih dan keras kepala. Kombinasi yang menyebalkan, walau terkadang membuat hati terbang ke surga. 

Ditatapnya wajah itu sekali lagi. Setiap raut yang tergurat, setiap ekpresi yang ada. Benarkah itu dia? Pria yang sama dengan seseorang yang dulu begitu manis memperjuangkan hatinya?

Sial, waktu berubah dengan sangat cepat. Senyumnya yang dulu hangat menawan, kini berubah menjadi senyuman licik penuh tipu daya.

Cassandra menggelengkan kepala, lalu tersenyum. Bukan karena pasrah, tetapi karena dia siap melawan. Jika pria itu bisa berubah menjadi sosok yang berbeda, demikian pula dengan wanita itu. Sekarang dia bukan lagi perempuan pasrah yang selalu memilih menghindar dari masalah.   

Lihat selengkapnya