Prasada

Aletha Eng
Chapter #1

01 - Garis Temu

Kebaikan akan selalu meninggalkan kesan di hati manusia 

Bel kafe yang bernuansa cerah itu berbunyi. Sosok perempuan dengan surai panjang hitam legam berjalan masuk dengan terburu-buru seraya melihat sekeliling mencari sosok yang ingin ditemuinya. Suasana cafe cukup ramai meskipun waktu masih menunjukkan pukul sepuluh lewat. Beberapa tanaman hias terlihat memenuhi seisi ruangan dengan penempatan yang cukup presisi.

Voila! Ketemu.

Dengan cepat dilangkahkan kakinya pada sisi meja yang sedikit menjorok mendekati bagian kasir. Dihempaskan dengan kasar tubuhnya sambil meraup sebanyak mungkin oksigen kala berhasil duduk di depan gadis yang sedang fokus melihat buku menu itu. Ia mengembuskan napas perlahan. "Na ..., " rengeknya kemudian dengan tangan yang memegang lengan kanan sosok di depannya.

Si Na berdehem sebagai jawaban. Gadis dengan rambut kuncir kuda itu tidak menoleh sama sekali. Yakin sosok di depannya mendengarkan. Gadis dengan surai panjang itu berseru pelan. "Aku disuruh nikah, Na."

"Ya bagus dong. Perempuan kalau udah cukup umur pasti nikah, kan?" respon Na cepat.

"Kok gitu sih responnya? Sahabat kamu disuruh nikah loh ini. Nikah. Pacaran aja belum pernah," sewot gadis bersurai panjang.

Na mendesah lalu meletakkan buku menu. "Dijodohin emang?" tanya Na kalem.

Shana, sosok di depan Na mengangguk lesu. "Dijodohin kalau nggak bawa calon atau kandidat. Bisa kebayang nggak sih? Seumur umur teman main aku kan kebanyakan kamu doang."

Kiana atau yang acap kali disapa Nana mengangguk-angguk dengan tangan yang bersidekap. "Udah aku pikirin sih dari lama. Pada akhirnya kamu bakal disuruh nikah."

"Terus solusinya gimana dong? Yakali aku nikah karena dijodohin. Gimana bisa bangun chemistry coba," keluh Shana lalu menyenderkan punggungnya pada kursi kedai.

"Chemistry apaan deh, Sha, dikira artis lagi syuting kali ah." Nana mengangkat tangan memanggil waitress berbaju merah hitam.

Shana mendengus pelan. "Kamu beneran nggak kaget? Kok bisa sih?"

"Mau pesan apa Mbak Nana?" tanya gadis yang mendatangi mereka berdua. Gadis tomboi itu menatap Shana yang terlihat tidak ingin bicara.

"Ris, aku seperti biasa mocca latte kalau dia milkshake strawberry. Tadi aku juga lihat ada menu baru ya?" Nana berbicara santai pada pelayan yang bernama Risa.

"Iya Mbak, Mas Saka keluarin varian baru lagi."

"Mm ... Boleh deh coba itu. Eclair satu, macaron matcha satu, strawberry dua, sama classic vanilla satu. Oh iya, sama cream puff-nya dua ya," seru Nana senang. 

 "Baik Mbak Na. Risa ulangi ya. Mocca lattemilkshake strawberry satu. Eclair satu, macaron matcha satu, yang strawberry dua, classic vanilla satu terakhir cream puff dua Mbak." Nana mengangkat jempolnya ke atas. 

"Sip, Ris."

Seberes kepergian Risa, Shana tidak dapat menahan diri untuk bertanya. "Kamu beli Eclair terus cream puff juga?" 

 "Kenapa? Eclair baru disini aku kepo mau coba." 

 "Kalau kamu lupa the two are choux," cibir Shana pelan. 

 "Nope, aku laper, at least bisa buat ganjal perut," elak Nana santai. 

"Oh iya, mama kamu udah cerita ke aku sebelum kasih tahu kamu." 

Lihat selengkapnya