Suasana halaman sekolah lengang, hanya hembusan angin sore yang menemani. Di kelas-kelas, siswa tengah serius menerima pelajaran. Namun tidak dengan kelas 12 A.
Kelas unggulan ini dibiarkan belajar mandiri. Tak hanya pintar, para penghuninya adalah anak-anak pewaris bisnis raksasa—generasi emas keluarga elite.
Hari itu, kabar tentang siswi baru membuat riuh diam-diam. Siswi itu, yang sebelumnya sudah dibahas Leo dan Bu Mina, kini berjalan di koridor bersama wali kelas. Penampilannya mencolok. Dari ujung kepala hingga sepatu, dia memakai barang mewah yang tak semua orang bisa sebut mereknya.
Wali kelas masuk ke dalam ruang 12 A yang sunyi namun tajam.
"Pagi semuanya," sapanya. "Hari ini kelas kalian kedatangan siswi baru."
Tak ada sambutan. Kelas 12 dikenal eksklusif. Isu anak baru malah memancing bisikan-bisikan sinis.
Apa dia dari golongan tidak mampu?
Anak beasiswa manalagi?
Kelas 12 kedatangan siswi baru? yang benar saja.
Tidak mungkin dari keluarga yang berada.
Paling siswi itu punya masalah di sekolah, sehingga dikeluarkan dari sekolah. Tapi, kenapa pindah di sekolah ini?
Kalau semisal iya, sekolah ini akan mempunyai citra yang buruk.
"Masuklah," kata wali kelas.
Gadis itu melangkah masuk. Semua mata memindainya, mengamati setiap detail. Seperti detektif: dari gaya rambut, merek tas, hingga gerak tubuh. Mereka menilai dalam diam.
"Hai semuanya. Namaku Azalea Xaviera Hartono," katanya dengan senyum manis.
Hartono? Hartono Group?
Hartono yang baru mengakuisisi perusahaan yang ada di China?
Hartono Group yang menduduki peringkat teratas orang kaya.
Hartono yang mempunyai usaha rokok, pertambangan dan usaha lainnya yang berada di luar negeri.
"Aku harap kita bisa menjadi teman yang baik," tutup Azalea.
Wali kelas menunjuk bangku kosong yang dulu milik Elena. Azalea mengangguk sopan dan duduk. Sang guru pun keluar.
Kenapa anak Hartono sekolah di sini?
Bukannya sekolah di luar negeri?
Bianca berdiri, menghampiri Azalea. Tatapannya tajam.
"Kamu bener anaknya Hartono, atau anak selingkuhannya?"
Ruangan menegang. Semua menunggu jawaban.
"Aku dengar Hartono punya anak di luar nikah juga," tambah Bianca. "Mungkin kamu hasilnya."
Azalea tetap tersenyum. "Kalau aku bener anak kandung Hartono, kamu mau serahkan sekolah ini padaku?"
Bianca bungkam.
"Tak perlu aku jelaskan. Media sosial sudah mengungkap semuanya. Tapi kalau kamu masih ragu, ayo main ke rumahku, kita ngobrol sambil minum teh di perpustakaanku."
Kali ini, Bianca tak mampu berkata-kata.
*