Langit pagi menggantung rendah di atas Sekolah Hugo. Langit kelabu, seakan tahu bahwa hari itu bukan sekadar acara seremonial biasa. Seluruh koridor dipenuhi suara sepatu menggesek lantai marmer, kertas undangan, dan bisik-bisik penuh rasa ingin tahu.
Aula besar dihias mewah, dengan ukiran kayu jati dan gamelan yang ditata di atas panggung utama. Lampu gantung berkilau, menyorot sorot mata para guru, tamu undangan, dan siswa—semuanya berdiri dalam barisan formal.
Di tengah ruangan, kepala sekolah membuka acara dengan sambutan singkat. Namun perhatian banyak mata justru tertuju pada barisan kursi kosong di baris terdepan—tempat khusus yang hanya diperuntukkan bagi keluarga besar.
Yang terakhir masuk adalah Christin. Dimana dia menjadi pusat perhatian orang-orang dan duduk di sebelah Adelison Group.
Dia anaknya Adelison.
Dia cantik.
Selain cantik dia juga pintar.
Dia layak menjadi penerus Adelison Group.
Seorang pembawa acara tengah melakukan satu per satu susunan acara. Yang terakhir adalah Christin memperkenalkan sekolah Seni Hugo kepada para tamu.
Yang sebenarnya orang tua siswa siswi kelas 10. Dimana siswa siswi tersebut anak-anak baru di sekolah.
Christin berjalan mulai menaiki tangga untuk bisa berada di atas panggung. Semua orang melihatnya. Perempuan cantik, elegan, dan senyumnya yang ramah membuat mereka yang melihat tertarik.
"Selamat pagi para orang tua wali siswa dan siswi, perkenalkan saya Christin Elisabeth Adelison...."
Sementara itu, di sisi lain....
Azalea melihat kedatangan wali siswa dan siswi di balkon sendirian. Mengamati setiap orang yang akan masuk ke dalam gedung sekolah.
"Lagi ngapain kamu disini?" tanya seorang siswi yang membuat Azalea langsung menoleh. Azalea tidak menjawab apa yang ditanyakan Bianca.
"Diantara mereka ada yang pengusaha, direktur, CO, Hakim, Dokter, Jaksa dan masih banyak lagi yang masuk di gedung sekolah ini. menarik kan?" terang Bianca menghampiri Azalea yang melihat mereka.
"Anak beasiswa?" tanya Azalea sambil melihat mereka.
"Orang tua mereka tidak diundang, lagipula uang sekolah mereka sudah ada yang bayar... Itu sebabnya mereka harus tahu posisinya disini," terang Bianca.
Azalea masih diam, dia masih belum mengajukan pertanyaan. Karena bola matanya fokus kepada seorang pria berjas hitam, yakni Papanya Christin.
"Oh ya, aku penasaran, apa yang kamu lakukan di atap sama Nathan, sepertinya seru... saat kalian berdua di atas atap, ada seseorang yang lagi marah," kata Bianca dengan senyum menyelidik.
"Kenapa kamu ada disini, bukannya kamu harusnya berada di aula," kata Azalea membuat Bianca berekspresi berbeda.
"Bukankah Hugo ini milikmu, kenapa Christin yang berada di atas panggung?" pertanyaan itu membuat Bianca kesal.
"Aku dengar, sekolah ini diakuisisi, seolah-olah sekolah ini masih milikmu, padahal milik orang lain," kata Azalea menusuk hati Bianca.
"Emangnya kamu tahu apa soal aku?" suara sedikit keras, perkataan Azalea membuat Bianca tersinggung, "Kamu itu cuma anak kemarin sore, gak usah ikut campur masalahku," imbuhnya.
"Kalau gak boleh ikut campur harusnya kau diam dan jangan menyinggung satu sama lain," kata Azalea lalu pergi melewatinya.
*