Seperti biasa di awali dengan siswa siswi masuk ke sekolah Hugo. Suasananya terlihat berbeda dengan kemarin. Kehebohan di portal sekolah membuat mereka sibuk dengan handphonenya masing-masing.
Bianca masuk ke lobi dengan berjalan santai. Dia tidak tahu kalau siswa siswi melihatnya dengan tatapan sinis dan membicarakannya di belakang.
Baginya tatapan mereka adalah suatu pujian untuknya. Karena Bianca memang mempunyai sifat yang sombong.
Perlahan dia berjalan ke koridor, melihat tatapan mereka yang kemudian aneh. Bianca semakin risih dengan tatapan mereka.
"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanyanya. Lalu mereka yang di sampingnya, perlahan pergi melewatinya. Di depannya masih melihatnya dengan rasa takut.
Bianca dengan langsung mengambil handphone salah satu siswa. Dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi padanya hari ini. Apakah dia tidak terlihat cantik ataukah ada yang melebihinya atau dia sedang dikutuk.
"Apa-apaan ini!" katanya sambil membaca isi portal tersebut.
Dan isinya mengenai bully yang terjadi di Hugo dan memakai nama Bianca di dalam portal tersebut.
Handphone yang dia genggam langsung di banting ke lantai. Tanpa rasa bersalah dia langsung bergegas menemui seseorang.
*
Arion datang membawa susu kotak untuk Christin. Dia meletakkan susu itu di atas mejanya. Christin membiarkannya dan kemungkinan minuman itu tidak akan dia minum.
Christin memfokuskan dirinya mengerjakan soal. Di dalam kelas belum ada yang mengerti tentang berita Bianca di portal sekolah.
Tiba-tiba Bianca dengan langsung mengambil kertas soal milik Christin dan merobeknya dengan rasa kesal.
Christin perlahan dengan tenang kertasnya dirobek. "Kamu kenapa sih?"
"Kamu yang melakukan itu semua kan! Kenapa lo lakuin itu ke gue! Belum puas lo ngrebut Hugo di tanganku! Belum puas menghancurkanku! Lo itu cuma sampah yang dipungut!" kemarahan Bianca membludak membuat anak-anak di luar ruangan menyaksikan mereka berdua.
Pada saat itu Azalea menyela diri dari kerumunan untuk masuk ke dalam kelasnya. Lalu menyaksikan mereka berdua. Arion yang berada di dalam belum bisa memisahkan mereka dan hanya berdiri di tempatnya.
"Apa yang kau bicarakan Bianca?" tanya Christin berdiri dari tempatnya.
Bianca langsung memegang kerah baju Christin dengan kuat. Dan memajukan Christin biar empat mata berhadapan dekat.
"Kau yang menulis isi artikel dalam portal itu dan membuatku hancur kan! Mau lo apa! Lo pengen gue memberi tahu orang-orang siapa lo sebenarnya, lo hanya barang rongsokan Christin!" bentakan terakhir membuat Arion marah.
"BIANCA!" bentak Arion.
Bentakan Arion tidak membuat Bianca takut. Tapi, malah menantang, "Kenapa? Lo kira gue takut?"
"Aku akan mengungkapkan siapa kalian semua!" teriaknya yang penuh ambisi.
Leo masuk dari kerumunan banyak orang yang melihat, "Woy woy apa-apaan nih," Leo langsung melepaskan tangan Bianca yang kuat.
"Kau kenapa sih Bianca?" tanya Leo menatap mata Bianca.
Tangan Arion langsung menyentuh pundak Christin.
"Lo gak baca? Gue dihancurkan sama dia! Gue dituduh bully sama dia! Terus apa bedanya sama dia yang menghancurkan hidup seseorang! Seseorang yang mati karena dia!" teriakannya kali ini membuat orang-orang semakin tertarik memvideo dan akan memviralkan perkataan Bianca.
Arion melihat sekitar yang memasang kamera untuk siap di posting di sosial media, "Hentikan merekam video! Kalian ingin hidup kalian hancur!" bentaknya.
Kemudian Nathan masuk juga dari segerombolan orang-orang melihat. "Ada apa ini?" tanya Nathan ke Azalea.
"Kamu baca di portal sekolah, sepertinya masalahnya itu," jawab Azalea
"Aku akan menghancurkanmu Christin! Dan lo gak bisa mendongak keatas lagi, akan gue pastikan lo menunduk! Menunduk dan terus menunduk!" kata Bianca mengancam Christin.
Leo membawa Bianca pergi. Anak-anak membuat jalan, agar mereka berdua bisa pergi dari kelas. Christin merasa syok atas apa yang terjadi. Arion mencoba menenangkannya. Nathan dan Azalea hanya melihat mereka berdua dari belakang.
Leo membawa Bianca di ruangan pribadi mereka berlima yakni diamond room. Leo menenangkan Bianca.
"Kamu kenapa Bianca, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Leo, memang dia tidak tahu apa-apa soal Bianca.
Bianca masih menahan amarahnya, matanya membara api, menatap kedepan. Dia dipenuhi kebencian yang mendalam.