PRATIKARA (SEASON1)

Ira A. Margireta
Chapter #17

Bab 16. Api Dalam Sekam

Hari itu, suasana lapangan olahraga sekolah Hugo lebih ramai dari biasanya. Semua siswa diwajibkan ikut latihan kebugaran. Panas matahari menusuk, namun desas-desus yang beredar jauh lebih membakar: Azalea Hartono dituduh mencuri barang milik Bianca.

Seseorang—tidak diketahui siapa—melaporkan bahwa tas kosmetik limited edition milik Bianca ditemukan di dalam loker milik Azalea. Wali kelas dipanggil, lalu petugas keamanan. Azalea berdiri terpaku, wajahnya merah karena emosi dan panas. Beberapa siswa sudah mulai berbisik, sebagian bahkan merekam diam-diam.

Azalea mematung. Pandangannya menajam, tapi rahangnya mengeras menahan emosi. Matanya menatap Bianca tajam—bukan panik, bukan takut, tapi nyaris seperti muak.

"Aku nggak pernah nyentuh tasmu," jawab Azalea tenang. Tapi nadanya dingin, seperti bilah baja tersembunyi dalam balutan kata.

Guru olahraga mencoba menenangkan keadaan, tapi semua sudah telanjur gaduh.

Bianca melangkah maju, seolah menggiring opini publik. Menatap kerumunan dengan penuh percaya diri.

"Tas ini hilang dari lokerku kemarin. Dan sekarang muncul... di dalam loker murid baru anaknya Hartono. Pas banget, ya?"

"Buktinya sudah di depan mata!" bentuknya, menjelaskan keadaan sebenarnya.

Sementara itu, Zara berdiri tak jauh darinya, menyeringai puas, seolah ikut menikmati pertunjukan.

Zara menutup mulutnya pura-pura syok, "Jangan-jangan ini bukan pertama kalinya dia ngambil barang orang?"

Di belakang kerumunan, Christin menyaksikan diam-diam.

Tersenyum tipis. Tak perlu ikut bicara—biarkan Bianca memainkan lakon ini. Biarkan opini sekolah terbentuk sendiri. Christin hanya perlu menunggu: reputasi Azalea akan runtuh sedikit demi sedikit, seperti cermin retak yang sebentar lagi pecah.

*

Leo menutup berkasnya dengan keras setelah membaca pesan dari grup sekolah. Tangannya bergetar sedikit saat dia melihat foto tas itu di loker Azalea.

"Ini kelihatan jelas direkayasa," gumamnya pada Bu Mina yang duduk di depannya, "Too clean. Barangnya utuh, tanpa debu. Ditaruh sengaja biar ditemukan."

Bu Mina menatapnya lelah, "Tapi publik nggak peduli itu rekayasa atau bukan, Leo... mereka cuma lihat headline dan foto."

Leo mengepal tangannya, "Kalau yang kena bukan Azalea, mungkin aku bisa diam. Tapi ini mulai menyentuh sesuatu yang nggak adil. Kalau mereka bisa jatuhin dia... siapa target selanjutnya?"

Bu Mina menatap layar itu dalam diam. Dia tahu permainan ini bukan sekadar gosip murahan. Ada skenario. Ada pelaku. Dan yang lebih mengkhawatirkan, ada yang mengendalikan semua dari balik layar.

*

Suara denting alat musik tradisional mengalun samar dari studio bawah. Arion mendengar kabar itu dari Zara—yang jelas sengaja menyebarkannya cepat-cepat. Dia tak langsung bereaksi. Hanya duduk, memandangi langit-langit.

"Christin mulai bergerak," gumamnya pelan.

Dia tahu—Azalea mungkin bukan gadis tanpa celah, tapi tuduhan pencurian? Terlalu murahan. 

Dia mengusap tengkuknya, merasa geli sendiri. Sekaligus sedikit khawatir. Karena kalau Azalea dijebak, dan Nathan terpancing. Maka Christin bisa menyulut api lebih besar dari sekadar tas mahal di loker.

_____________

Sementara itu, sebuah website anonim mirip blog sekolah muncul, menyebarkan artikel berjudul:

"Pewaris Hartono Group dikeluarkan dari sekolah karena Perundung dan Perokok Rahasia?"

Isinya mengejutkan. Disertai foto samar-samar yang seolah menunjukkan Azalea di belakang sekolah dengan rokok terselip di tangannya, serta kutipan anonim siswa yang menyebutkan Azalea "sering membentak anak beasiswa" dan "menggunakan uang untuk menindas."

Nathan membaca itu di ruang klub panahan dan langsung mengepalkan tangan. Dia membaca tuduhan bully, perokok dan mencuri.

*

Azalea duduk kaku di kursi. Kepalanya tertunduk, tapi bukan karena rasa bersalah—melainkan karena lelah. Dia tahu dirinya dijebak, tapi bukti visual terlalu "kebetulan"

Tas mewah Bianca ditemukan di lokernya. Dan meski Pak Kepala Sekolah tidak langsung menuduh, tekanan sosial di sekeliling Azalea nyaris tak tertahankan.

Lihat selengkapnya