Jam antik di sudut ruangan berdentang pelan. Jarumnya menunjuk pukul 03.17. Di atas ranjang megah berhias selimut sutra putih, seorang perempuan paruh baya menggeliat dalam tidurnya.
Wajahnya cantik tapi letih. Ada garis-garis halus di sekitar matanya, bekas tangisan yang tak pernah benar-benar hilang.
Ny. Adelison. Ibunda Angel dan-juga-ibunda Christin
_______________________
Dalam Mimpinya - 12 Tahun Lalu
Langit cerah. Burung-burung beterbangan di halaman rumah mewah keluarga Adelison. Seorang anak perempuan kecil berlari ke arah gerbang, rambut hitamnya dikuncir dua, senyumnya manis dan polos.
Alice adalah nama kecil Elena.
Dia mengenakan seragam taman kanak-kanak. Di tangan mungilnya, sebuah tas kecil tergantung penuh semangat.
"Alice, jangan lari terlalu cepat!" seru sang ibu, sambil melambaikan tangan.
"Dadah Mama, Papa!" teriak Alice, sambil menaiki tangga bus.
Di belakang, Ny. Adelison dan suaminya berdiri berdampingan. Mereka melambaikan tangan, tersenyum. Tak tahu bahwa itu mungkin adalah terakhir kalinya mereka melihat Alice seperti itu.
Bus pun melaju. Anak-anak bernyanyi riang di dalamnya. Alice duduk di dekat jendela, melihat ke luar.
Lalu, suara ledakan dan jeritan.
Api membungkus jalanan. Ban bus terpelintir. Suara logam menghantam aspal.
Dalam kepulan asap, sosok kecil keluar dari reruntuhan. Wajahnya berlumuran darah, dan satu sepatunya hilang. Alice-kecil, lemah, gemetar-menyeret kakinya.
"Mama... Tolong... Mama...!"
Matanya mencari ke segala arah. Suaranya lirih, pecah, mengerang dalam rasa sakit dan ketakutan.
"Ma... ma... mama...!"
________________________
Ny. Adelison terbangun. Peluh dingin membasahi dahinya. Nafasnya terengah. Matanya mencari-cari realitas. Tak ada suara. Tak ada Alice. Hanya keheningan yang menindih dadanya.
Dengan tangan gemetar, dia membuka laci samping tempat tidur. Mengambil sebotol kecil obat-pil penenang berlabel merah. Satu butir dia telan tanpa air. Hal itu sudah terbiasa.
Karena mimpi itu bukan yang pertama. Sejak kecelakaan 12 tahun lalu-sejak nama Alice muncul di daftar korban-Ny. Adelison tak pernah benar-benar tidur. Hanya bertahan.
*
Udara pagi terasa sejuk, dengan matahari yang menyinari kota dengan lembut. Ibu Azalea keluar dari klinik setelah menjalani pemeriksaan rutin. Langkahnya ringan, rambut hitamnya bergoyang di bawah sinar matahari. Biasanya, dia menikmati momen seperti ini-tenang, tanpa gangguan. Tapi pagi ini, semuanya berubah dalam sekejap.
Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dari belakang.