2 Tahun yang lalu...
Langit pagi saat itu cerah. SMA Hugo terlihat seperti tempat impian. Bangunan klasik, tangga marmer, dan suara sepatu-sepatu mengisi lorong dengan irama tahun ajaran baru.
Seorang gadis berjalan perlahan ke dalam aula utama. Namanya: Elena—Murid beasiswa.
Rambutnya dikuncir sederhana, wajahnya masih penuh semangat dan gugup. Dia mengenakan seragam yang sedikit longgar, sepatu sekolah yang tampak dipakai turun-temurun. Di dadanya tergantung pin nama "Elena Rosalina"
Tatapannya berkeliling penuh rasa ingin tahu, sampai dia melihatnya. Seorang siswi cantik berjalan pelan, langkahnya anggun, seluruh lorong seperti membelah untuknya.
Perempuan itu mengenakan seragam Hugo dengan memakai lambang emas segitiga di atas dadanya. Bahkan senior pun tampak menunduk saat berpapasan dengannya.
Tapi Elena justru menghentikan langkah. Dia menatap gadis itu lekat-lekat.
Lalu berseru pelan, namun penuh rasa, "Rani?"
Siswi itu berhenti, menoleh perlahan. Elena tersenyum lebar. Langkahnya cepat menghampiri.
"Rani, ini aku! Elena! Dari Panti Asuhan Kasih Bunda."
"Kamu yang suka tidur sambil peluk boneka pink! Aku yang suka mengepang rambutmu! Kamu masih ingat kan? "
Tatapannya tajam. Tapi bibirnya tersenyum kecil-senyum tipis penuh tekanan.
"Maaf, aku rasa kau salah orang," lalu dia pergi, tanpa menoleh.
Elena menatap punggung itu, masih tak percaya. Tangannya turun perlahan.
"Tapi... itu kamu. Aku yakin."
____________________________
Kelas kosong. Bangku-bangku masih rapi. Bel belum berbunyi.
Elena duduk di salah satu bangku belakang. Sesekali menoleh ke arah pintu. Matanya tampak agak redup-masih kepikiran soal pertemuannya dengan Rani barusan.
Pintu terbuka. Seorang laki-laki masuk. Langkahnya tenang. Seragamnya rapi. Wajahnya tidak asing.
Elena menoleh dan detik itu juga jantungnya berdebar. Laki-laki itu menatap sekilas, lalu berjalan menuju bangku dekat jendela.
Elena bangkit, di masih ragu. Tapi akhirnya bersuara, "Galih?"
Langkah laki-laki itu terhenti. Perlahan, dia menoleh. Matanya mengunci pada Elena. Dalam, gelap, penuh teka-teki.
"Kamu... Galih, kan? Aku Elena. Dari Panti Asuhan Kasih Bunda. Ingat aku kan?"
"Elena?"
Elena berdiri. Mereka saling mematung sebentar. Lalu, Nathan tersenyum lebar.
Langkahnya cepat, dan memeluk Elena. Pelukan mereka terlepas perlahan. Tapi mata Nathan masih tak bisa lepas dari Elena.
Ada kilau bahagia di sana. Seolah dia melihat harta yang hilang bertahun-tahun dan kini kembali dalam genggamannya.
"Kamu ke mana aja, sih?"
"Kenapa tiba-tiba ilang?"
Nathan menarik kursi dan duduk di hadapannya.
"Kamu tinggal di mana? Sekarang sama siapa?"
"Kesini sama siapa?"
"Bagaimana keadaanmu sekarang?
"Kamu masih suka nasi goreng pake kecap banyak kayak dulu nggak?"
Elena terkekeh kecil, "Udah-udah, aku sekarang baik-baik saja, sekarang aku tinggal di asrama," katanya pelan.
Nathan tertawa senang. Wajahnya bersinar.