Ayu mengayuh sepedanya dengan cepat, tak banyak waktu lagi ia harus sampai di tempat sidang. Beruntung rumah kontrakan yang ia tempati tak terlalu jauh.
Keringatnya bercucuran, ia mempercepat langkah kakinya untuk menaiki tangga sambil ngos-ngosan.
Begitu sampai depan ruang sidang, ia terbelalak dan semakin panik melihat ruangan yang masih tertutup rapat.
Ayu mencoba untuk menarik nafas panjang, ini salah satu cara jitunya untuk tetap bisa menenangkan diri. Ia melakukannya berkali-kali. Mengingat ini manyangkut masa depannya, kelulusannya dari kampus ini.
Saking paniknya, tak terhitung berapa kali dia mondar-mandir di depan ruang sidang itu.
Ayu meraih ponselnya dari dalam saku dan menghubungi Ibun, panggilan sayang Ayu pada perempuan yang telah melahirkannya itu.
“Ibuun, Ayu minta maaf ya, kayaknya Ayu ga bisa nyenengin Ibun, Ayu terlambat hari ini.”
Suaranya Parau, terlalu cepat Ayu mengambil kesimpulan, padahal ia belum bertemu dengan dosen pengujinya saat itu
“Kok bisa yu? memangnya sudah beneran gak bisa ikut ujian kalau terlambat?”
Ayu terdiam, kenapa bisa berpikiran seperti itu padahal ia belum mencoba bertanya pada dosennya.
“Udah dulu ya bun, do'ain Ayu, Assalamu’alaikum.”
Ayu tiba-tiba mengakhiri telfon sebelum Ibun menjawab salamnya.
***
Tok tok tok.
Dengan rasa deg-deg an yang luar biasa, Ayu memberanikan diri untuk mengetuk ruang sidang itu, ia mencoba membuka pintu pelan-pelan sambil memicing. Ia membuka matanya pelan-pelan. Dilihatnya seluruh ruangan itu, ternyata tak ada satupun orang di sana.
“Ayu?” sapa seseorang lirih.
“Iya?”
Wajah Ayu semakin pucat pasi ketika ada sesorang yang menepuk punggungnya dari belakang.
Ayu membalikkan badan perlahan.
Pak Markus, dosen pembimbing berdiri tepat di belakang Ayu.
Rupanya ia baru saja datang dan langsung mempersilahkan Ayu masuk ke ruang sidang, tak ada satu kata pun yang dilontarkan Ayu, hanya mengangguk dengan senyuman tipis tanpa terucap sepatah katapun.
Pikirannya kemana-mana, yang dia pikirkan saat itu sibuk memikirkan jawaban agar lebih elegan di banding alasan ketiduran sehingga terlambat datang ke kampus, ia belum siap jika akan di cecar pertanyaan-pertanyaan menakutkan itu.
“Yu?”
Hampir 10 menit dia mondar-mandir di dalam ruangan, Pak Markus yang memperhatikan sikap Ayu sejak tadi tak tahan menegurnya.
“Hmmm, itu pak saya tadi, eh ini pak ....”