Sejak kepulangannya dari Solo kemaren, Ayu tak terlihat keluar dari kamarnya, ia seakan menutup diri dari teman-teman kos juga teman-teman kampusnya, sekalinya keluar hanya untuk beli makanan atau memasak di dapur, selebihnya ia banyak menghabiskan waktunya di kamar akhir-akhir ini.
Ia tak diharuskan ke kampus selain untuk konsultasi dan mempersiapkan perayaan wisudanya 2 minggu lagi. Entah apa yang di rasakan Ayu sehingga ia benar-benar ingin menghindari orang-orang terdekatnya, yang jelas ia masih merasa sangat kalut saat ini.
Ia ingin lebih menata hati dan menguatkan dirinya.
“Ayuuuu,” suara Meta mengetuk-ngetuk kamar Ayu, ia tau Ayu ada di kamarnya.
Meta curiga karena Ayu tak pernah mematikan lampu kamar kalau ia sedang berada di dalam kamarnya.
“Yaaa?” Ayu meyahuti, ia bergegas membukakan pintu.
“Lampu kamar lo rusak? Apa lo sakit?” Meta mencemaskan Ayu, namun Ayu terlihat biasa saja bahkan tersenyum menunjukkan ekspresi semangat seperti biasanya.
“Lebay deh lo Met, gue baik-baik aja nih,” sambil mengukir senyumnya lebar-lebar.
“Lagian ada orang di dalem lampunya mati, kan gue curiga gitu yu.”
"Ikut makan di luar yuk malem ini, gue udah ngajakin Kak Imel sama Nindi juga nih.”
Ayu tak biasa menolak ajakan Meta, kali ini ia pasti mengiyakan, bagaimanapun juga ia harus berusaha untuk melawan dirinya sendiri, melawan kecemasan-kecemasan yang ia rasakan.
Memang tak mudah, tapi ia pikir ia juga harus tetap menunjukkan keceriannya.
“Berangkaaat!!! Tapi gue belom mandi,” ujar Ayu yang mencoba menunjukkan semangatnya.
“Yaelah ngga sekarang juga sih yu, ini masih sore, ntar malem laper lagi,” ujar Meta.
"Lagian kalo ngga mandi juga ngga papa sih yuu,” teriak kak Imel dari dalam kamarnya.
“Yaudah ntar panggil gue ya, mau lanjut tidur.”
“Katanya belom mandi, malah tidur lu, oke deh ntar kita bakalan dobrak pintu lo yaaa,” cetus Meta bercanda sambil berlalu meninggalkan kamar Ayu.
“Jangan di matiin yuu kamarnya, kamar gue jadi ikutan horor nih, udah mau gelap,” Nindi yang sedari tadi sibuk di depan laptop di dalam kamarnya pun ikut menyahuti.
“Lagi sepet nih mata kalo di nyalain.”
Ayu tak menghiraukan permintaan Nindi, begitu Meta pergi ia kembali mematikan lampunya.
***
Kak Imel, Nindi dan Meta sudah bersiap di teras depan, belum ada tanda-tanda Ayu keluar dari kamarnya. Meta yang biasa menggedor pintu kamar Ayu mulai bertindak, segera ia berjalan dengan cepat menuju kamar Ayu, mengingat teman-teman yang lain sudah kelaparan.
Meta menempelkan telinganya pada pintu kamar Ayu, berharap ada sesuatu yang ia dengar, namun nihil, semacam tak ada kehidupan di dalam kamar itu, setidaknya ada bunyi-bunyi kecil yang ia harapkan, mendandakan Ayu sedang bersiap-siap.
Tak mau menunggu terlalu lama lagi ia langsung berteriak.
“Ayu Amira Maharani, Ayo buruan kita makan, gue udah laper nih.”
Teriaknya dengan lantang tapi tak ada jawaban.
Meta pun memegang gagang pintu dan membukanya secara perlahan, Ia dan Ayu sama-sama terkejut.
Pemandangan di depannya membuat ia kaget, posisi Ayu yang sedang merebahkan dirinya sambil menonton film di tambah memakai masker wajah, lengkap dengan dress putih yang di pakainya.
Sementara Meta pun mengagetkan Ayu karena ia tak mendengar suara apapun dan mengira bahwa pintu kamarnya terbuka sendiri, seolah ada semburat cahaya masuk yang tiba-tiba membuat kamarnya yang gelap menjadi sedikit remang karena sorot lampu dari ruang tengah, pas sekali dengan suasana menegangkan pada adegan film horror yang di tontonnya saat itu.
Ayu sangat asyik menikmati film itu, hingga ia lupa beberapa jam yang lalu ia janjian untuk pergi makan keluar bersama teman-teman kosnya.