Hari yang selama ini di nantikan pun tiba, seremoni perayaan kelulusan menjadi momen pencapaian yang sudah seharusnya paling menyenangkan.
Mendadak semua menjadi sangat sibuk dari sebelum subuh, begitu pun Ibunda Ayu yang sudah sibuk menyiapkan sarapan di dapur kos Ayu, sementara Ayu terlihat biasa-biasa saja, bahkan ia berniat menjutkan tidurnya setelah subuh.
“Ayu mandi dulu udah mau jam 5 nih, habis itu sarapan ya.”
Ibunda Ayu membuatnya mengurungkan niat untuk tidur, Ayu memilih untuk memantau teman-temannya dari grup whatsapp, ada yang sudah sibuk berdandan bahkan pergi ke salon pagi-pagi untuk menyulap penampilan mereka di hari spesial.
Sedang Ayu hanya memulas wajahnya dengan bedak dan lipstik tipis.
"Ngga perlu bun, yang penting Ayu ngga keliatan pucat aja wajahnya hehe.” Ibundanya mempertanyakan alasan sambil menyodorkan sepiring nasi goreng di tambah telur ceplok di depannya.
“Mau jam berapa berangkat?” ujar Ayah Ayu.
“Bentar lagi sih yah, ini udah ada yang nyampe gedung.” dengan santainya Ayu masih melahap makanannya sendok demi sendok, lama sekali ia tak merasakan nasi goreng spesial buatan ibundanya, meskipun ia juga biasa membuat sendiri dengan resep dari ibunya, namun rasanya tak pernah sama.
“Ibun juga bikinin buat Meta, Nindi sama Imel sarapan ya, nanti kasih tau aja di dapur.”
"Siap bun, mereka pasti seneng banget tuh, baru Nindi kayaknya tadi yang keliatan udah bangun, nanti Ayu kasih tau mereka.”
Ayu sangat menikmati kebersamaan dengan orang tuanya, apalagi ibundanya, padahal baru beberapa bulan Ayu pulang ke kampung halamannya tapi rasanya sudah bertahun-tahun mereka tak saling bersua, di tambah lagi kabar bahwa sel kanker yang mulai menggerogoti tubuh ibunya membuat waktu seolah tak berjalan, hingga hari kemaren menjadi momen yang sebenarnya sangat ia nantikan, bertemu dengan ibunya dengan perasaan campur aduk, meskipun tak terdengar sedikitpun ada rasa sakit yang di keluhkan.
Pelukan erat Ayu menyambut Ibundanya kemarin menjadi momen yang sangat langka, ia selalu malu untuk mengungkapkan rasa sayangnya hingga tak lagi bisa menahan air mata dalam dekapan ibundanya. Kejadian kemarin menjadi momen berharga, sampai hari ini pun Ayu masih terngiang pelukan Ibundanya sampai-sampai ia lupa bahwa ia harus segera pergi ke gedung wisuda secepatnya.
“Mau berangkat nggak?” Tanya Ayahnya sekali lagi membuyarkan lamunan Ayu yang menopang dagunya sambil memainkan sendok yang masih ia pegang di tangan kanannya.
"Eh jam berapa ini yah?” Ayu mulai panik, ia mencari ponselnya, di lihatnya jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi sedangkan ia belum memesan taksi online yang akan membawa mereka menuju gedung itu.
***