Seluruh rangkaian acara wisuda telah usai, sesi berfoto-foto ria pun tak boleh menjadi momen yang terlewatkan hari itu.
Ayu menghampiri kedua orang tuanya terlebih dulu untuk meminta ijin bergabung bersama teman-temannya, mengukir kenangan yang mungkin takkan bisa terlewati lagi dengan orang-orang yang sama, para sahabat-sahabat yang selama ini berproses bersama hingga akhirnya lulus.
"Lagi dong lagi, ngga kerasa nih,” ujar Sea.
Tak terhitung berapa kali jepretan dengan berbagai gaya yang mereka lakukan, berpindah dari spot foto favorit satu ke spot foto lain yang juga ramai para wisudawan lain.
“Guys, mau kesana nggak? itu spot terfavorit banget,” Tyas menunjuk ke tempat yang paling ramai.
“Mauuu banget, sayang nih kalo kita ngga bisa foto di situ, itu kan tempatnya hits banget” ujar Dira dengan sangat antusias.
“Kalo mau kita harus cepet-cepet kesana nih, ikutan antre juga,” Sea pun ikut menyahuti, Ayu pun mengangguk tanda setuju, “ Yuk sekarang aja, biar ga semakin lama,” ujarnya.
Mereka bergegas menuju ke tempat itu, tak lupa juga Deny, sepupu Sea yang setia menjadi juru foto mereka, ia pun berkuliah di tempat yang sama dengan mereka, hanya saja ia masih jadi mahasiswa baru.
“Yang sabar ya Den kalo barengan sama kita,” ujar Ayu.
“Dia mah orangnya sabar kok yu,” ujar Sea.
“Sabar banget kok kak, ngga kaya kak Sea tuh,” Deni meledek Sea.
Mereka cukup lama di tempat itu, tentu saja tak sekedar menunggu, Sea, Dira dan Tyas tetap saja mencari celah untuk berfoto, sementara Ayu hanya duduk sambil memainkan ponselnya.
Sesekali ia mengamati tingkah teman-temannya itu. Sesekali pula ia melontarkan senyuman pada kak Arsa, lelaki yang ia temui tadi pagi. Ayu menyadari keberadaan Arsa yang sedari tadi mencuri-curi pandang terhadapnya, namun ia tak terlalu menggubris.
"Kak Ayu, senyum sama siapa?” ujar Deni di sela-sela memotret yang tanpa sengaja ia melihat Ayu tengah melontarkan senyumnya kepada Arsa.
“Sama siapa Den?” rasa kepo Dira mulai muncul, ia langsung mendekat dan duduk di samping Ayu sambil mengamati ke arah mana mata ayu tertuju, namun ia tak bisa menyimpulkan karena terlalu banyak orang yang berada disana.
Sea dan Tyas pun ikut merapat.
“Yang mana sih yu orangnya?” Tyas pun mulai membuatnya jengkel.
"Apaan sih orang ngga ada apa-apa, senyum kan ibadah, ya gue senyumin aja semuanya.” Ayu mengelak, ia berharap tak ada satupun dari mereka yang mengetahuinya.
“Eh kayaknya gue pernah liat orang itu deh, tapi siapa ya?” Sepertinya Sea mulai menyadari sesuatu, ia mulai teringat lelaki yang bersama dengan Ayu tadi pagi adalah orang yang sama sedang berdiri di seberang mereka saat ini.
“Dia orang yang sama kan yu, yang tadi pagi sama lo itu? Gue yakin banget sih.” Sea yakin penglihatannya masih tajam dan ingatannya masih kuat, namun Ayu masih mengelaknya, ia tak mau Arsa tahu kalau mereka sedang membicarakannya.
Ayu masih terus didesak untuk mengakui. Sedangkan Deni memilih untuk tak terlibat lebih jauh dengan pergosipan mereka itu, ia sedikit menjauh dari mereka berempat sambil memilah milih hasil foto yang bagus.
Rupanya Arsa menyadari gerak-gerik Ayu dan teman-temannya itu, tanpa di sangka, ia berjalan mendekati mereka yang seketika membuat Tyas, Dira dan Sea terdiam, tak terkecuali Ayu yang jadi salah tingkah di buatnya.