PRECIOUS (Setiap Detik Berharga)

Ambar MF
Chapter #12

JOB HUNTER

Pagi-pagi sekali pemberitahuan pesan masuk dari email Ayu muncul pada bagian atas ponselnya, membangunkan tidurnya yang selalu nyenyak selama ia di rumah, pesan itu langsung memuat mata Ayu terbelalak, pelan tapi pasti ia membukanya sambil dag dig dug tak karuan, ia takut kali ini ia mendapatkan permohonan maaf untuk yang kesekian kalinya.

“Bismillah.”

Ayu memejamkan matanya sebelum benar-benar membuka pesan itu.

Mendapatkan pekerjaan memang tak semudah membalikkan telapak tangan seperti yang ia bayangkan, apalagi mendengar cibiran para tetangga yang selalu mempertanyakan kenapa Ayu terlihat di rumah terus. Sebagai lulusan dari Universitas terbaik nyatanya tak menjadi jaminan akan mendapatkan pekerjaan secepatnya.

“Makanya jangan sombong dulu yu” Ayu bergumam dalam hati, selama beberapa bulan di rumah ia mulai berada dalam zona nyamannya, meskipun ia tak pernah berhenti mengirimkan lamaran pekerjaan kesana kemari, tapi usahanya kurang begitu keras, begitu di tolak, ia butuh waktu untuk kembali percaya diri mengirimkan lamaran kerjaan kembali.

“Tuh minta maaf lagi kan, gagal lagi.”

Ayu membanting ponselnya kasur, ia kecewa pada dirinya sendiri, lagi-lagi ia gagal mendapat pekerjaan.

***

“Ayuu.” Suara parau Ibun dari kamar sebelah membuatnya langsung terperanjak dari tempat tidur, ia langsung menghampiri Ibunnya dengan penuh was-was, sejak 2 minggu terakhir kondisi Ibun memang menurun.

Ayu terduduk di pinggir ranjang tempat tidur Ibunnya, sebenarnya ia tak suka melihat orang sakit, tapi kali ini ia sendiri yang merawat ibunya, bagaimanapun keadaannya ia harus tetap berada di dekat ibunya, pikir Ayu.

Melihat kondisi ibunya kali ini membuat Ayu berpikir lebih positif, mungkin memang saat ini ia belum mendapat pekerjaan pasti ada hikmahnya, ia bisa lebih fokus merawat sang Ibu dengan sebaik-baiknya.

“Ayu, jangan berantem ya sama Uci, kasi contoh yang baik, jangan marah-marah.”

“Apa sih bun,” Ayu jengkel, sepagi itu perkataan Ibun sudah membuat Ayu merinding, sambil terus memijat kaki Ibun yang selalu terasa pegal akhir-akhir ini.

“Ya nggak papa, kan udah pada gede-gede, apalagi nanti kalau Ibun sudah nggak ada,” lanjut Ibundanya.

Perasaan Ayu semakin tak enak, ia merasa ibunya menitipkan pesan-pesan yang mulai ia rasa tak wajar, jangan-jangan ini pesan terakhir, pikirnya.

Lihat selengkapnya