Hari itu pun tiba, meskipun langkahnya sedikit berat meninggalkan rumah tapi Ayu menguatkan diri untuk pamit kepada Ibun.
“Bun, Ayu pamit ya.”
Ayu mencium tangan Ibun yang duduk di teras di temani oleh Bude Rima melepas kepergian Ayu di Jum’at pagi itu.
Melihat Ibun tersenyum dan sehat, Ayu semakin memantapkan langkahnya menuju stasiun yang berjarak cukup jauh dari rumahnya, sehingga ia harus berangkat lebih pagi meskipun jadwal kereta baru berangkat di siang harinya.
“Ayu tenang aja, senang-senang ya disana,” ujar Bude Rima menenangkan
“Janji ya bude nanti kabarin Ayu terus pokoknya.”
Buda Rima mengacungkan jempolnya pertanda setuju dan melambaikan tangannya pada Ayu yang mulai menaiki bis dan akan membawanya menuju stasiun.
Hampir 2 jam perjalanan, akhirnya Ayu tiba di stasiun. Begitu sampai Ibun adalah orang pertama yang selalu ia beri kabar dimanapun ia berada. Masih ada satu jam lagi sebelum kereta berangkat. Ayu memilih untuk langsung ke ruang tunggu, masih banyak tempat duduk yang tersisa, ia memilih deretan yang paling sepi dekat dengan pintu menuju keberangkatan kereta. Ayu memanfaatkan waktunya untuk menghubungi teman-temannya yang masih berada di Jogja, ia sangat antusias untuk kembali melepas rindu dengan teman-temannya dan menanti cerita-cerita mereka.
Tepat satu jam Ayu menunggu kereta yang ia nantikan pun siap berangkat, ia bergegas mencari gerbong sesuai di tiket yang ia sedari tadi ia pegang.
Karena sudah terbiasa menaiki kereta sendiri, ia pun tak butuh banyak waktu untuk sampai pada tempat duduk yang sesuai. Selama perjalanan ia tak henti-hentinya membayangkan akan bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi lagi.
STASIUN YOGYAKARTA (16.00 WIB)
Setelah melewati beberapa jam perjalanan, akhirnya Ayu tiba di Jogja, entah kenapa rasanya terharu ketika ia baru turun dari kereta dan kembali merasakan suasana kota ini.
Ia berjalan perlahan seolah menikmati setiap detik langkahnya menuju pintu keluar stasiun.
“Capek ya habis perjalanan jauh?”
Hanya berjarak selangkah Kak Arsa tepat berdiri di depan Ayu, membuyarkan rasa haru yang seketika berubah menjadi rasa deg-deg an. Ayu mendongakkan kepalanya, menatap mata Kak Arsa dengan senyuman tipis pada seseorang yang telah menanti kedatangannya sejak setengah jam yang lalu di stasiun.
“Yuk, sini aku bawain ranselnya.”
Kak Arsa meraih ransel yang dibawa Ayu, sementara Ayu belum mengatakan apapun, ia hanya mengikuti kak Arsa dan berusaha mengejar langkah kakinya yang berjalan cepat .
“Kak?” Ayu mulai membuka percakapan.
"Kok jauh banget, parkir motor dimana?”
Kak Arsa tak menjawab pertanyaan Ayu, ia terus saja berjalan hingga Ayu kini mereka berjalan berdampingan. Kak Arsa berjalan menuju arah pedestrian Malioboro. Ia menggandeng tangan Ayu sewaktu menyebrang tanpa adanya penolakan dari Ayu. Ia tak tau mau dibawa kemana dirinya saat itu, tapi anehnya Ayu kali ini benar-benar pasrah mengikuti Kak Arsa. Ia hanya ingin menepati janjinya beberapa hari yang lalu.