Preman Kampret

Alex Gunawan
Chapter #7

Karena Kita Teman

Gang sempit tempat markas Sisir Hijau malam ini sangat ramai, sangat penuh sesak dengan orang-orang berwajah beringas dan mengerikan. Hampir seluruh anggota Sisir Hijau berkumpul di sini.

Para penghuni rumah di sekitar gang, yang tidak mau terlibat masalah, memilih untuk menutup pintu dan jendela mereka rapat-rapat.

 

“Bang Japri!” Mikha berlari mendekat sambil terengah-engah. Jaket tidurnya tampak basah oleh keringat.

“Ah, akhirnya nyampe juga lo. Pas banget. Kite sudah siap buat perang sama si Kapak Merah kampret itu!”

“Emang kenapa Bang? Kok tiba-tiba mau perang?”

“Tuh…” Bang Japri menunjuk ke Koala yang sedang duduk sambil bersimbah peluh.

Mikha berjalan mendekat. Wajah Koala tampak memerah dan sedikit berdarah. Seragamnya berantakan. Ada beberapa luka memar di siku dan lututnya. Koala kembali mengusap mata dengan lengan baju, berusaha agar air matanya tidak terlihat oleh Mikha.

“Koala, kenapa?” tanya Mikha.

Koala melirik sedikit, tapi tidak berani mengangkat kepalanya. “Tadi… tadi gue ama si Panda… berantem sama Kapak Merah…”

“Terus, si Panda mana?”

“Panda… dibawa sama Kapak Merah…”

Kedua alis Mikha menyatu, “Emang sebelumnya ada apa, kok lo berdua sampe bisa berantem sama mereka?”

Koala tampak serba salah, “Um… Tadi itu kami berdua lagi pulang dari siskamling, terus tiba-tiba ajah ada orang-orang Kapak Merah yang gangguin kami…”

“Terus lo marahin?”

“Nggak, langsung kami tabok…”

“Terus kalian berantem?”

Koala mengangguk, “Iya… tapi kami berdua kalah… dan Panda dibawa pergi sama mereka…”

Mikha menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang.

“Bang Toyip lagi nggak di tempat, Mikh… Udah seminggu ini die nggak nongol di markas. Makanya gue nelepon elo,” ujar Bang Japri.

Gigi Mikha bergemeletuk menahan marah, “Dasar kampret… Kapak Merah berani banget cari gara-gara sama kita.”

“Jadi elo juga setuju kalo kita berangkat perang?” tanya Bang Japri.

Para anggota Sisir Hijau berkumpul membentuk lingkaran mengelilingi Mikha. Masing-masing terlihat sudah siap dengan beragam alat yang bisa dijadikan senjata… mulai dari batang kayu, batu, pentungan besi, sampai katapel.

Mikha menatap wajah rekannya satu persatu. Wajah-wajah garang, wajah-wajah keras dan lugas, semua terpampang di hadapannya.

“Mikha, pokoknya kita musti kasih mereka pelajaran!”

“Iya, biar mereka tahu kalau kita nggak bisa diremehkan!”

“Mikha, elo udah punya strategi buat ngalahin mereka?”

 

“Strategi? Preman itu perangnya pakai kekuatan, bukan pakai otak!” kata Mikha, langsung disambut suara gemuruh anggota lain. “Ayo jalan! Malam ini, kita tidak akan pulang sebelum berhasil menyelamatkan saudari kita!”

“AYOOO!!!”

“POKOKNYA, KITA BAKAL BIKIN MEREKA SEMUA BERDARAH-DARAH!!!” teriak Bang Japri, langsung disambut sorak-sorai yang lebih gegap gempita lagi.

Lihat selengkapnya