Preman Kampret

Alex Gunawan
Chapter #10

Pahlawan atau Penjahat

“Hei, Luph… kulit muka lo bagus banget, licin banget…”

“Ah, masa sih?”

“Iya, kalo ada laler nempel, pasti langsung kepeleset deh.”

“Iiih, kok laler sih yang nempel, emangnya muka saya laleran?”

“Hahahahaha…”

 

Sinar matahari terasa hangat, menembus gorden putih berkilau yang melambai pelan tertiup angin. Jendela di samping ranjang Luphi sedikit terbuka, membuat angin sepoi-sepoi masuk dan membelai hidungnya.

HATCHII!!!” Luphi bersin, dan seketika seluruh tubuhnya terasa linu yang amat sangat.

Ia mengerejap, tapi matanya terasa perih. “Ternyata hanya mimpi…” gumamnya.

“Jangan bangun dulu, “ ujar seseorang dari samping ranjang.

Luphi menoleh.

“JANGAN LIHAT KE SINI!”

Luphi kembali menatap langit-langit kamar. Namun suara barusan terasa sangat akrab.

“Me… Meliana?”

Meliana mendengus, sambil jarinya terus menari di laptop kesayangannya.

“Kamu sudah pingsan selama 3 hari. Nanti kalau Kalea datang, kamu harus bilang terimakasih padanya. Ini rumah sakit milik ayah Kalea. Biaya rawat inapnya mahal, tau…”

Luphi baru sadar. Ia ternyata sedang berada di sebuah kamar rumah sakit. Kamar itu berukuran luas, terlihat mewah, lengkap dengan sofa, tv, dan kulkas. Meliana terlihat sedang duduk di sofa sambil mengetik.

“JANGAN LIHAT KE SINI!”

Luphi kembali menengadah ke atas.

“Saya sudah dengar cerita gila kalian dari si Nyoto, dari si Didi, dan dari teman-teman baru kalian di Sisir Ijo. Betul-betul ngawur. Kalian sudah bikin banyak orang jadi susah…”

Luphi menunduk, merasa sangat bersalah. Ia lalu mengusap wajahnya. Namun ada yang berbeda. Sebagian wajahnya kini tertutup perban. Ia melihat ke kedua tangannya, keduanya juga tertutup perban.

“Kamu kena luka bakar yang cukup parah. Namun untung cepat ditangani…” kata Meliana menjelaskan.

“Lalu… kebakarannya? Bagaimana dengan kebakarannya?”

Meliana melempar beberapa lembar koran ke ranjang Luphi. Koran terbitan beberapa hari yang lalu. Luphi membaca judul di tiap-tiap koran itu.

“Kebakaran hebat di areal pergudangan Jakarta Utara… Ribuan botol miras[1] hancur dimakan api… Markas preman luluh lantak… Polisi menahan puluhan anggota Kapak Merah… Dua rumah terbakar akibat perang antar geng…” Luphi menatap Meliana tidak percaya, “Dua rumah? Kebakaran kemarin ternyata hanya kena 2 rumah saja?”

“JANGAN LIHAT!”

Lihat selengkapnya