Preman Kampret

Alex Gunawan
Chapter #16

Alternatif Ending: Beberapa Detik Kemudian. . .

Sambungan langsung dari Bab 14…

BRAGH!!! Tiba-tiba pintu kamar Meliana dibuka dengan kasar.

“WAH, ini die orangnya!” Bang Japri masuk sambil membawa sekantong besar buah jeruk. “Gue kira elo lari ke mana, nggak taunya lagi main di kamar cewek toh.”

 Luphi dan Didi melotot kaget.

“Lho, Bang Japri?”

 “Minggir, minggir… Gue mau lewat…” Panda dan Koala ikutan masuk sambil membawa sepanci bubur. Lalu disusul sama Bang Jarot yang membawa sekantong kembang setaman, Mas Ujang yang bawa sekotak tape, Bang Simon yang membawa seekor ayam, Bang Toyip yang bawa sebungkus rokok, dan masih banyak lagi mantan anggota Sisir Ijo lainnya yang nggak bisa masuk kamar karena sudah tidak muat.

 

“Lho… kalian? Kalian kok bisa tiba-tiba datang kemari?” tanya Luphi tidak percaya. “Bukannya kalian semua… menghilang?”

BLETAK!!! Bang Japri menjitak Luphi. “Menghilang? Menghilang dari Hongkong…”

“Kite kemarin-kemarin emang nggak nongol di markas, soalnya lagi bantuin si Mikha pindahan rumah,” kata Bang Toyip. “Mana tuh si Mikha…”

“Si Mikha lagi di bawah, lagi ngambil oleh-oleh buat temennya!” sahut si Ujang.

“Heh, Jarot… Elo apa-apaan sih, kok nengok orang sakit sambil bawa kembang buat orang mati?” sindir Bang Simon.

“Ah, ini masih mending, tau. Biarpun kembang pretelan, yang penting wanginya. Masih lebih bagus daripada oleh-oleh punya elo. Ke rumah sakit kok bawa ayam…” balas Bang Jarot.

“KAMPRET! Ini ayam buat kesehatan, tau. Telor ayam ini sehat, ngerti nggak!” teriak Bang Simon nggak terima.

“KALAU MAU NGASIH TELOR, YA KASIH TELORNYA, KAMPRET… BUKAN KASIH AYAMNYA!”

 

Para bekas preman itu lalu diusir keluar sama Bu Suster, karena kehadiran mereka tidak baik bagi kesehatan pasien.

“HAYO KELUAR! KALAU MAU NENGOK, GANTIAN MASUKNYA SATU-SATU!” teriak sang suster.

“I… iye bu suster. Gue cuma mau naroh rokok ini sebentar di mejanya si neng itu…” kata Bang Toyip.

“ITU ROKOK BUAT APA?”

“Rokok… buat oleh-oleh, bu…”

BLETAK! Bu Suster langsung melempar asbak ke jidat Bang Toyip. Rokoknya pun langsung dibuang ke tempat sampah.

 

Suasana kamar kini kembali sepi.

Luphi, Didi, Kalea dan Meliana menganga di tempat masing-masing, masih tidak percaya dengan seluruh kejadian yang baru mereka saksikan.

 

Klek! Pintu kamar kembali dibuka.

“Ah, haloo… boleh gue masuk?” tanya Mikha.

“M… MBAK MIKHA?” teriak Luphi kaget.

“WAAAH, MBAK MIKHA!!!” teriak Didi, “AKHIRNYA DATENG JUGA! SI LUPHI INI LHO, DIA SUDAH KANGE…”

Lihat selengkapnya